A: Sudah nonton film HIJAB?
B: Ah,males apaan sich film Indonesia, Assalamualaikum Beijing aja masih tayang, masih aja film kerudungan.
A: Tapi yang ini beda B
B: Emang siapa sutradaranya?
A: Hanung
B: Owh, sorry ah, males, paling juga isinya kayak Ayat-ayat Cinta
Mengusung genre komedi cerdas dengan judul agak “segmented” ditambah ada embel-embel bahwa ini buatan sutradara (katanya) kontroversial Hanung Bramantyo tidak serta membuat penonton percaya bahwa HIJAB adalah sebuah film komedi. Namun haram hukumnya bagi saya komentar atau bahkan mencaci maki sebuah film jika belum menontonnya. Terlepas nanti saya akan kecewa atau puas setelah menoton film. Dari trailer dan poster yang penuh warna, HIJAB sudah menunjukkan dirinya bahwa ia komedi. Namun komedi apa yang dihadirkan dalam film HIJAB? Seperti apa karya Hanung yang satu ini? Tonton di bioskop segera.
RELAKSASI HANUNG BRAMANTYO
Siapa yang tak kenal sutradara kondang Hanung Bramantyo? Beberapa tahun terakhir filmnya selalu mengundang kontroversi dari berbagai pihak. SANG PENCERAH – film yang menceritakan biopik K.H Ahmad Dahlan tokoh Muhammadiyah ini ditolak oleh panitia FFI dikarenakan menurut mereka banyak ketidakakuratan sejarah yang menyebabkan dipecatnya dewan juri FFI yang masih bersikukuh atas film Sang Pencerah. Meski begitu, Sang Pencerah malah berjaya di Festival Film Bandung termasuk menyabet Film dan Sutradara Terpuji. TANDA TANYA (?) – film yang bercerita tentang heterogen beragama dan bersuku bangsa ini juga memicu kontroversial, bahkan ketika akan ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta, salah satu ormas Islam (katanya) melakukan demo dan akan melakukan sweeping ke stasiun TV tersebut jika tetap menayangkan film ini. CINTA TAPI BEDA – film tentang kisah cinta beda agama ini, diprotes akibat salah satu tokohnya, Diana (Agni Pratishta), yang berasal dari salah satu daerah, namun agama yang dianutnya bukan mayoritas agama di daerah tersebut. Hal ini berbuntut pada penghentian dan penurunan layar di bioskop-bioskop tanah air. Terakhir, SOEKARNO – film ini mengundang kontroversi dari salah satu putri proklamator, Ibu Rachmawati Soekarno Putri, entah apa yang menjadi penyebab utamanya. Ironisnya, putra proklamator yang lain mendukung film ini. Meski berpengaruh terhadap jumlah penonton yang bahkan tidak sampai satu juta, film ini tetap berjaya di penghargaan termasuk Film Pilihan Tempo 2013, Film Terpuji Festival Film Bandung 2014, dan 4 penghargaan di Festival Film Indonesia 2014.
Jauh sebelum Hanung mengerjakan megaprojectnya yang serba kontroversial, mari kita kilas balik di awal karir seorang Hanung Bramantyo. Tercatat film-film dengan cerita ringan seperti Brownies, Catatan Akhir Sekolah, Jomblo, Get Married hingga Tarix Jabrix. Film-film seperti inilah yang membuat Hanung berhasil meraih sutradara terbaik Festival Film Indonesia dua kali pada jarak waktu yang tidak terlalu jauh yakni 2005 dan 2007. Pada awal tahun 2008, sepertinya ambisius Hanung dimulai dengan mencoba menghadirkan Ayat-ayat Cinta, novel Islami karya Habiburahman El-Shirazy, ke layar lebar. Sukses dan kontroversial. Setelahnya dilanjut oleh-oleh film berat lainnya seperti Perempuan Berkalung Sorban dan Doa Yang Mengancam
Nah, pastinya Hanung juga jenuh secara ia juga manusia biasa jika terus menerus membuat megaprojek ambisius yang serba kontroversial, makanya ia membesut film HIJAB dengan genre komedi. Komedi yang cerdas alias komedi tanpa bencong dan kata-kata hinaan fisik yang sarkasme. Namun buat saya, tidak seru jika Hanung tidak membuat film yang berat, heheh, jadi saya yakini HIJAB hanyalah sebuah relaksasi bagi Hanung Bramantyo, mengingat tahun ini pun sudah ada 2 film lainnya yang mungkin akan tayang pada tahun ini juga. “2014” film yang sudah lama tertunda penayangannya serta kabar yang beredar Hanung pun tengah menghadirkan “”AZAN TAK PERNAH INGKAR JANJI” dengan seorang bintang India sebagai pemeran utamanya, sebelum akhirnya membesut GUNDALA pada tahun 2016 yang sudah lebih dulu dilakukan konferensi persnya.
8 CAST GARDA DEPAN – HIDUP dan APIK
Kecuali Anin (Natasha Rizky), 7 dari 8 cast yang ditempatkan di garda depan mereka adalah para aktor dan aktris yang juga pernah main film arahan atau yang berafiliasi dengan Hanung Bramantyo. Mereka adalah Zaskia Adya Mecca (Doa Yang Mengancam), Tika Bravani (Soekarno), Carissa Puteri (Ayat-ayat Cinta), Mike Lucock (Habibie & Ainun), Ananda Omesh (Hijrah Cinta), Nino Fernandez (Get Married 2) dan Dion Wiyoko (Perahu Kertas). Film Hijab berhasil mengarahkan mereka menghidupkan karakternya sendiri dan menjadikan film ini begitu hidup. Rasanya kedelapan pemain ini semuanya bermain apik, totalitas dan sesuai porsinya. Mereka seperti yang betul-betul sudah kenal lama, melihat performa kita dibawa ke kehidupan sehari-hari ngobrol-ngobrol santai sesekali bergurau. Untuk film sejenis ini, rasanya saya kesulitan menentukan mana pemeran utama mana pemeran pendukung. Roh utama film ini memang ada di 4 pemeran wanita, namun konflik cerita dramanya dibawa pada keempat pemain prianya. Semuanya terjalin dengan baik. Teknik penokohannya pun sangat pas dan selaras dengan skenario yang disusun. Oleh karenanya jika saya juri penghargaan maka saya akan memasukkan keempat pemeran wanita sebagai pemeran utama dan dua tokoh yang berhasil mencuri perhatian saya adalah Anin (Natasha Rizky) dan Tata (Tika Bravani). Selain 8 pemain di garda depan, Hijab juga menghadirkan banyak pemain papan atas sebagai cameo sebut saja Epy Kusnandar, Meriam Bellina, Mathias Muchus, Marini, Rina Hasyim hingga Jajang C. Noer.
PEREMPUAN DAN ISLAM
Jika anda penggemar film Hanung Bramantyo dan juga cermat menontonnya, maka isu perempuan bukanlah yang pertama diangkat Hanung dalam filmnya. Di film Hijab Hanung coba mengangkat kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Hal ini banyak tercermin dari skenario yang disusun oleh Hanung sendiri bersama rekannya Rahabi Mandra. Bagaimana hukum dan kedudukan wanita dalam Islam? Apakah wanita bersuami boleh bekerja? Apa saja hak-hak seorang perempuan dalam Islam?. Jauh sebelum Hanung menjawab dengan lugas melalui film Hijab, Hanung sudah menjawabnya dalam film Perempuan Berkalung Sorban dengan lebih ambisius. Kalau masih ingat (silakan tonton lagi filmnya), ada skenario Khudori (Oka Antara) kepada Annisa (Revalina S. Temat), yang kurang lebih menyatakan bahwa ada kodrat wanita yang sudah Tuhan atur yang tidak bisa digantikan oleh pria seperti mengandung dan melahirkan, di luar itu laki-laki dan perempuan sama. Hijab pun melakukan hal serupa, hanya saja kali ini Hanung tahu batasannya. Hal ini digambarkan secara jenaka oleh dialog 4 orang pria mengenai apakah wanita boleh bekerja, apakah laki-laki juga bisa gantian ngurus anak dengan masing-masing tokohnya berbeda pendirian seperti Gamal (Mike Lucock) yang bersikeras bahwa itu haram atau Chaky (Dion Wiyoko) yang tidak mempermasalahkan hal tersebut. Inilah komedi cerdas, rasanya saya melihat Hanung telah kembali. #KipasKipasSosisBakar.
HIJAB & FASHION
Film Hijab menyoroti fenomena saat ini dimana Hijab yang semula dikenal hanya untuk melaksanakan kewajiban sebagai muslimah kini menjadi sebuah trend. Bahkan di salah satu skenario disebutkan, diakui atau tidak, Hijab memang menjadi fashion yang menggantikan konde dan sanggul di zaman orde baru. Mungkin juga jika dulu wanita berjilbab di sekolah itu dianggap kuper, justru sekarang mungkin yang nggak berjilbab itu yang dibilang kuper. Trend berhijab juga dilakukan para selebritis wanita dimana selebriti di negeri ini masih menjadi acuan masyarakat sebut saja Dewi Sandra, Inneke Koesherawati bahkan sang pemeran utama Zaskia Adya Mecca. Adakah pergeseran makna hijab, lalu bagaimana seharusnya hijab dalam Islam? Film ini memang tidak dimaksudkan untuk menjawab itu dan saya pun tidak berkapasitas menjawab itu, mari kita tanya ketua MUI saja, Bpk. Din Syamsudin yang konon sudah nonton film ini.
KOMEDI DAN DRAMA
Film ini sukses membuat saya ketawa ngakak – mungkin kalau nggak terkontrol, saya bisa sampe jatuh dari kursi bioskop – sejak awal film ini dimulai. Kalau dijelasin satu-satu rasanya banyak yang bikin ketawa dan ngakak, semuanya spontan. Dengan satu kata, Anjrit! aja sudah bisa ketawa, lho kok bisa? Penasaran ya? Makanya nonton aja di bioskop. Selain anjrit, hadirnya Dijah Yellow – saya juga nggak tahu siapa dia, yang jelas komentar tentang dia paling kejam datang dari temen saya, yang kalau lihat mukanya bikin muntah, maaf ya, hahahah – tapi dibalik semua pembullyan terhadapnya, Dijah Yellow tampil cukup lama dan cukup menghibur, hingga akhirnya saya harus mengucapkan “Tenkiiiiiiiw” tentunya ala Dijah Yellow. Juga anda akan dibuat geli-geli gimana gitu, oleh boneka Annabelle yang jika di Hollywood sana membuat anda kabur ketakutan, tapi di Hijab, Anna(belle) membuat anda geli. Hahahahahahaha, sumpah ane ngakak bahkan seharian ane kepikiran terus ma film Hijab.
Paruh pertama film saya terpingkal-pingkal, terbahak-bahak, ngakak abis, sejurus kemudian Hanung membawa emosi saya ke dalam kesedihan, dengan konflik pemeran utama wanita dengan masing-masing pasangannya. Sari (Zaskya Adya Mecca) yang ditinggal pergi suaminya, Gamal, nggak pulang, sekitar tiga atau empat hari, nah nuansa film udah sedih, jadi komedi yang mempertanyakan berapa hari Gamal nggak pulang, jujur garing. Ada juga Bia (Carissa Puteri) si gadis hidayah, seorang istri selebritis, juga ditinggal suaminya yang nggak pulang, kayaknya malu karena ketahuan lagi syuting film bodoh (ala Sophia Latjuba). Begitu juga Tata (Tika Bravani), anaknya masuk rumah sakit karena kurang diperhatikan dan suaminya, Ananda Omesh pun kecewa, aktingnya disini Omesh cukup meyakinkan. Namun ketiga kesedihan tersebut tidak bisa saya rasakan, mungkin karena sebelumnya tertawa terbahak-bahak kali ya, bisa jadi orang gila saya, sebentar ketawa kemudian nangis heehh. Namun memang Hanung cerdas, kesedihan mereka bertiga hanya sebagai jembatan untuk kita merasakan kesedihan yang lebih mendalam. Dimanakah kesedihan itu?
Skenario selanjutnya – sepertinya diujarkan oleh Carissa Puteri – mengatakan bahwa di saat Tata, Bia dan Sari memiliki masalah dengan suaminya masing-masing, Anin malah sibuk dengan cowok barunya, anak teman mamanya yang kuliah dan besar di Paris. Anin yang Paris Lovers tentu lebih memilih dia dan meninggalkan Chaky. Seketika saya benci sama cewek kayak gitu (heheh, pengalaman pribadi soalnya), namun apa yang terjadi? Tiba-tiba saya menangis. Saat Micelle cowok barunya itu memberikan hadiah buku yang dalam skenario dikatakan bahwa ini tidak bisa didapat di Indonesia hanya di Perancis. Lho kok sebuah novel aja nangis. Seketika suntingan Cesa David Lukmansyah dan Wawan I Wibowo mengarah pada adegan kilas balik kamar Anin. Ternyata Anin sudah memiliki novel tersebut yang ia dapat sebagai pemberian dari Chaky. Kenapa membuat menangis? Kalau saja penonton cerdas mengartikan scene dan skenarionya, adegan ini menggambarkan bahwa saking cintanya Chaky pada Anin, ia rela mendapatkan buku yang kata Micelle, hanya bisa didapatkan di Perancis. Sepertinya Anin mulai sadar betapa besanya cinta Chaky cowok yang telah ditinggalkannya, ditambah dengan backsound Satu Yang Tak Bisa Lepas dari Andien yang ditata dengan apik menambah kesenduan theather 4 XXI BTC.
Film Hijab betul-betul membawa saya pada pengalaman menonton yang spektakuler. Konten cerita menjadi daya pikat terbesar film ini, yang dijahit dengan hati-hati. Hasilnya pun rapih. Hanung juga banyak membuat kritikan halus terhadap isu-isu perfilman nasional, seperti demo oleh salah satu ormas Islam (yang dalam demonya ada foto Hanung, sutradara narsis, heheh), juga terhadap karya bodoh yakni film-film tentang pocong, ditambah pemeranan Dion Wiyoko sebagai sutradara kontroversial seperti merefleksikan diri Hanung Sendiri. Hehehh. Ya gimana nggak kontroversial, grup Nasyid pakaian Cadas Metal, tapi ide gila ini saya suka. Karena saya juga suka dengan ide ide gila seperti ini.
Pada akhirnya Hijab membawa kita pada konklusi mengapa para pemeran utama menggunakan hijab. Kurang lebih 100 menit, pertanyaan yang dilontarkan oleh sutradara di awal scene yang mempertanyakan kenapa berhijab, terjawab sudah. Hijab memang tidak menjawab bagaimana hukum berhijab bagi wanita muslimah, hijab seperti apa yang sesuai syariat, atau peran perempuan bersuami dalam Islam. Film Hijab resmi menyoroti fenomena hijab fashion yang kini tengah melanda negeri yang mayoritas ummatnya beragama muslim ini, dengan ringan, cerdas,santai dan menyenangkan. So. #LetItBeTheir Way.
Seperti biasa, film Hijab saya prediksi di penghargaan film sebagai berikut:
Film Terbaik
Sutradara Terbaik
Pemeran Utama Wanita Terbaik : Natasha Rizky, Tika Bravani
Pemeran Pendukung Pria Terbaik : Ananda Omesh
Penulis Skenario Asli Terbaik : Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra
Penata Sinematografi Terbaik : Faozan Rizal
Penata Musik Terbaik
Penata Suara Terbaik
Penata Artistik Terbaik
Penata Busana Terbaik
Penyunting Gambar Terbaik
Cameo Terbaik : Dijah Yellow (kalau ada)
Finally, segera tonton Hijab di bisokop terdekat di kota anda. Menonton film Hijab seperti anak kecil sedang makan permen dengan bungkus Ayat-ayat Cinta rasa Jomblo. Manis dan menyenangkan. Bangga Film Indonesia.