Hampir sebagian penonton film Indonesia beranggapan film Indonesia itu “jelek” salah satu penyebabnya adalah maraknya film horror geje di bioskop. Penonton memukul rata persepsi tentang film Indonesia. Padahal jika saja mau sedikit open mind, masih banyak kok film Indonesia yang bagus selain horror. Ada juga yang beranggapan bahwa film horror Indonesia berkutat di sekitar paha dan dada. Itu anggapan yang bagus dan saya setuju. Namun bagi saya tidak masalah sekalipun paha dan dada berseliweran dimana-mana asal digarap dengan bagus, karena saya reviewer film yang netral bukan reviewer syariah. Hahhahahhh. Lalu bagaimana catatan film horror Indonesia beberapa tahun terakhir terutama tahun 2015?
Tahun 2015 belum berakhir, namun di daftar coming soon sudah terdapat judul-judul yang sepertinya horror seperti Sumiati, Penghuni Lain, Villa 603 dan Black Honeymoon. Ok, disini saya akan bercerita tentang film horror yang baru saja kemarin saya tonton. BADOET. Menurut saya BADOET menjadi salah satu jawaban atas persepsi kebanyakan penonton film Indonesia mengenai film horror. Jika anda masih tidak percaya bahwa film horror Indonesia itu berkualitas, silakan datang ke bioskop dan saksikan BADOET.
Mengambil tokoh dengan filosopi badut, nampaknya tidak berlebihan jika saya bilang bahwa Badoet adalah film horror mixed thriller terbaik beberapa tahun terakhir setidaknya tahun 2015 ini. Badoet membawa kita pada pengalaman menonton yang cukup mencekam, dengan atmosfer yang tidak mengenakkan dipadu tata musik & tata suara yang kece badai, Badoet sukses memainkan cerita. Cerita dan storytelling Badoet bukanlah cerita murahan ala film horror Indonesia lainnya. Logika dan kesinambungan konflik tetap terjaga dengan rapih. Namun Badoet hadir bukan tanpa kekurangan, kekurangan terbesar dari film ini adalah permainan para cast yang sangat standar dan kurang menjiwai peran yang dberikan. Untungnya termaafkan dengan teknis sinematografi yang baik dari film ini. Gara-gara Badoet, Kopaja, Mesin Cuci dan Tempat Fotocopy sudah tak sama lagi. Gini caranya wajib minum cokelat panas dulu biar pikiran tenang nggak diganggu Badoet. #Sereeeem!!!
[caption id="attachment_1037" align="aligncenter" width="300"] Mixed Gambar Badoet dan Tiket Nonton Badoet[/caption]
Sebelum Badoet, tahun ini saya terpesona juga dengan film Horror karya sutradara Billy Christian. TUYUL PART 1. Mengangkat urban legend seorang Tuyul, film ini pun layak diapresiasi di jajaran film horror terbaik tahun ini. Bercerita tentang sosok Tuyul yang sering meneror Dinda Kanyadevi yang sedang hamil. Hal yang patut diacungi jempol dari film ini adalah tata artistik Aek Bewava yang sederhana namun menambah suasana mencekam film ini. Performa Dinda Kanyadevi pun tidak bisa dibilang jelek, ia bermain sempurna. Bagian terbaik adalah visualisasi Tuyul itu sendiri, sepertinya sang sutradara punya bakat alam akan hal ini.
Tahun ini pula, Hitmakers Studio yang tiap tahun langganan membuat film horror dengan jumlah penonton yang lumayan, tahun ini pula menggebrak dengan TAROT. Kolaborasi Boy William dan Shandy Aulia ini juga layak mendapat tempat sebagai film horror yang OK. Sayangnya frame Tarot sangat lambat, saya baru menikmati film ini di paruh terakhir. Unpredictable Story. Perubahan karakter Shandy Aulia yang berperan ganda masih harus dikembangkan lagi. Namun Tarot menandai konsistensi Hitmakers di jajaran film horror Indonesia setelah film-film sebelumnya seperti 308 dan Rumah Kentang.
Banyak orang yang bilang, film horror harus keluar dari paha dan dada. Sekali lagi saya bukan reviewer syariah, hahahah. Keluar dari horror KFC tidak selamanya menjadi jaminan bahwa film horror tersebut baik, tetap cerita mesti diunggulkan, sekalipun dimainkan oleh aktor berkualitas yang jarang main film horror. Salah satu buktinya adalah KAKAK. Film yang dibintangi oleh peraih piala terpuji Festival Film Bandung 2015 kategori Pemeran Utama Wanita (namun sayang tidak masuk ke nominasi FFI 2015) ini tidak mampu bercerita dengan kuat. Ok lah saya puji kualitas akting Laudya Cinthya Bella dan Surya Saputra di film Kakak ini. Akan tetapi, premis yang dihadirkan cukup berbeda (baru kali ini ada hantu baik)tidak diimbangi dengan dasar logika film yang kuat. Seharusnya film ini bisa berkaca pada film Oo..Nina Bobo yang diperankan oleh Revalina S. Temat. Konflik dibangun atas dasar aspek psikologis Reva yang tidak percaya akan hal-hal gaib, lantas konflik semakin klimaks hingga akhirnya Reva gila. Reva memainkan karakternya dengan sangat kuat. Beda sekali dengan Kakak, selain adegan ciuman antara Bella dan Surya Saputra, nampaknya tak ada yang "bagus" dari film ini.
Dari beberapa contoh film horror di atas, tidak selamanya film horror Indonesia itu jelek dan seksi-seksian. Namun, satu langkah para produser yang mencoba keluar dari horror KFC tetap saya apresiasi selanjutnya tinggal ditingkatkan lagi kualitas ceritanya. Tahun ini BADOET dan TUYUL PART 1 bukanlah horror ecek-ecek. Sebagai pecinta film horror, saya sangat mengapresiasi Daniel Topan dan DTFilmIndo menghadirkan Badoet di bioskop. So, mumpung masih tayang, jika anda ngaku pecinta horror dan ingin mengubah persepsi anda tentang film horrror Indonesia, segera tonton Badoet! #BanggaFilmIndonesia