Dari sekian banyak genre dan variasinya, saya memang lebih suka nonton film genre horor/thriller dan sejenisnya. Oleh karenanya tentu saja saya tidak akan melewatkan film terbaru Hitmaker Studios, The Doll. Alhamdulillah, berkesempatan hadir di Gala Premiere filmnya yang berlangsung 2 hari lalu di XXI BIP. So, bagaimana sih filmnya?
The Doll mengangkat cerita dari sebuah urband legend di Kota Bandung tepatnya di Jalan Siliwangi tentang sebuah boneka. Saya sendiri tidak terlalu ngeh akan adanya cerita ini. Kisah bermula dari sepasang suami istri, Anya (Shandy Aulia) dan Daniel (Denny Sumargo) yang pindah rumah ke Bandung karena Daniel ditugaskan oleh kantornya untuk mengawasi proyek real estate di Jalan Siliwangi. Daniel saat itu juga mendapat kesempatan untuk promosi jabatan.
Saat tengah bekerja di lokasi proyek, ada satu pohon yang rupanya belum dirapihkan oleh pekerjanya. Dikatakan warga sekitar, pohon yang di atasnya ada boneka tersebut telah menjadi rumah bagi Uci, sang pemilik boneka yang meninggal dan arwahnya masih penasaran menuntut balas.
Opening film ini memang mirip-mirip film Hollywood seperti The Conjuring dan Anabelle. Tapi itu suatu hal yang wajar sih. Selanjutnya, The Doll terus mengalir cukup baik memperkenalkan tokoh-tokoh dengan seksama juga teror-teror seram dengan intensitas yang down to up. Boneka yang tanpa sengaja terbawa oleh Daniel, disimpan oleh Anya yang berprofesi sebagai pembuat boneka sebagai bahan inspirasi dan berharap jualan bonekanya laku. Meski sepanjang film, tidak diperkenalkan proses Anya membuat boneka juga siapa yang membeli boneka tersebut.
Pada filosopinya, Iblis akan semakin senang pada manusia yang merasa takut padanya. Ketakutan Anya bukan tiba-tiba. Begitu pindah, Niken (Vitta Mariana) tetangga sebelah depan rumah langsung mengajak Anya ikut arisan dan bercerita tentang dunia mistik. Sekilas saya pikir ini tetangga rumpi banget deh, baru saja orang pindah sudah diceritakan hal-hal yang begitu. Untungnya Anya masih rasional dan tidak terlalu percaya hingga akhirnya ia mengalami sendiri kejadian – kejadian aneh tersebut.
Saya lebih senang menyebut #TheDoll Horor Romantis. Adegan penyadaran melalui memori indah, sweet bgt. Bikin sy lupa sama setannya.
— Raja BlackWhite (@rajalubis_) October 23, 2016
Saya sendiri percaya akan adanya alam atau makhluk gaib karena dalam agama pun diajarkan demikian. Namun demikian, tidak untuk takut karena Tuhan sudah menjadikan manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya. Namun demikian kebanyakan film horor Indonesia menjadikan hantu sebagai pembunuh manusia. Lha bagaimana ceritanya? Kalaupun ada, Iblis lah yang merasuk pada jiwa manusia-manusia yang lemah dan kurang mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa.
Film horor sejatinya memang bertujuan untuk bagaimana penonton itu merasa takut, seram, tegang (bukan yang bawah) dengan adegan-adegan yang disuguhkan dalam film. Sebelum The Doll, tentu saya sudah pernah menonton film-film Hitmaker sebelumnya seperti Rumah Kentang, 308 juga Tarot. Nah, The Doll ini saya rasa paling berbeda dan “masuk akal” dibanding film-film sebelumnya. Kenapa demikian?
The Doll tidak berusaha jor-joran menggunakan tata musik dan frekuensi hantu untuk memancing kaget penonton. Formulanya memang hampir sama dengan kebanyakan, yakni iblis merasuk pada sosok satu untuk mengambil nyawa sosok lain. Dalam kasus ini, iblis merasuki jiwa Anya untuk membunuh Daniel karena ia merasa terganggu akibat penebangan pohon itu.
Berbagai usaha dilakukan untuk menghilangkan teror hantu boneka setan itu. Dibantu Niken, Anya pergi ke Pak Wahid seorang kyai/ustadz (jika dilihat dari pakaiannya) dan sama-sama mengembalikan boneka tersebut lalu dikubur di tanah tempat pohon yang sudah ditebang.
Yg saya pikirkan dan jd empati setelah nonton #TheDoll justru pd karakter Niken. Meski rumpi, tapi kasihan juga lihat matinya kayak gitu.
— Raja BlackWhite (@rajalubis_) October 23, 2016
Rupanya Ghawiah, sebutan boneka sialan itu, tetap kembali ke rumah Anya. Pak Wahid tidak bisa lagi menangani Ghawiah. Adalah bu Laras (Sara Wijayanto) yang akhirnya direkomendasikan Pak Wahid untuk menangani kasus ini dengan alasan Laras pernah menangani boneka ini sebelumnya.
Ritual pembersihan pun dilakukan. Berhasilkah? Sampai titik ini, memang nuansa-nuansa film Hollywood sangat kental di film The Doll. Apa yang terjadi dalam ritual? Saya pikir jika kamu betul-betul pecinta horor dan sering nonton film horor akan dengan mudah menebak apa yang akan terjadi kemudian.
Film yang disutradarai oleh Rocky Soraya ini tampil cukup baik dalam menyuguhkan adegan-adegan seram yang disertai aksi pembunuhan yang cukup bikin ngilu. Dengan suguhan The Doll yang cukup baik, saya pikir Hitmaker layak diperhitungkan di jajaran rumah produksi yang konsisten menggarap horor dengan kualitas yang cukup bagus.
Jadi, jika kamu berpikir Anya dan Daniel diteror karena penebangan pohon, anda betul setidaknya sampai 2/3 film, karena nyatanya ada hal lain yang menjadi latar belakang utama. Namun yang jelas, berpikir logis itu penting sebelum bertindak karena setiap perbuatan akan menuntut konsekuensi. Penasaran? Open cinema kamis ini, 27 Oktober 2016. Don’t miss it!
#TheDoll adalah film horror/thriller/gore terbaik dr film2 Rocky Soraya sebelumnya. Sukses untuk seluruh tim @HitMakeStudios
— Raja BlackWhite (@rajalubis_) October 23, 2016