“Menghadapi masa depan sembari terngiang sakitnya masa lalu dilakoni Aura Kasih dengan sangat baik. Arini hanya perlu yakin kalau Nick yang datang padanya bukanlah atas paksaan Ira”
Nama Ismail Basbeth mulai terkenal di industri perfilman nasional setelah karyanya Mencari Hilal (2015) tayang dan mendapat ulasan positif dari para reviewer. Kiprahnya berlanjut dengan berkolaborasi bersama sutradara kenamaan Hanung Bramantyo dalam film Talak 3 (2016). Tahun ini Ismail Basbeth kembali mempersembahkan karya terbarunya, ARINI yang diadaptasi dari novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. Sekedar informasi, novel ini pun pernah dibuat filmnya pada tahun 1987 oleh Sophan Sophiaan.
Bagaimana Arini versi Ismail Basbeth ini bergulir?
Pertemuan Arini (Aura Kasih) dan Nick (Morgan Oey) di sebuah kereta di Jerman menjadi awal kisah kasih dua sejoli beda usia 15 tahun ini. Nick jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Arini dan berusaha membuat Arini jatuh cinta juga padanya. Sementara dari sisi Arini ia masih teringat akan peristiwa masa lalu yang menyakitkan. Sebuah masa lalu yang membuat Arini tak percaya lagi akan cinta.
Gambaran tentang Nick dan masa lalu Arini dibangun perlahan dengan konsep penceritaan non-linear. Sentot Sahid yang berada di departemen penyuntingan berhasil memadukan dua keadaan beda waktu untuk mendapatkan empati penonton. Setiap kali Nick mendekati Arini, di saat itulah dihadirkan scene masa lalu Arini yang memperkuat emosi film.
Diceritakan 13 tahun sebelum pertemuan dengan Nick, Arini bertemu sahabatnya, Ira (Olga Lydia) di sebuah kereta. Ira sudah menikah dan memiliki anak. Melihat Arini yang masih sendiri, ia berinisiatif menjodohkan dengan sahabatnya, Helmi (Haydar Saliz). Aduh baik banget ya Ira. Upz, jangan menjudge terlalu dini sama seseorang, bisa jadi ada maksud lain. Eeeea
Hari-hari pun dijalani Arini dan Helmi. Tapi entah kenapa Helmi seperti tak senang berada dengan Arini. Bahkan ketika menonton film Another Trip to the Moon (karya Ismail Basbeth juga) di bioskop, Helmi terlihat gusar. Hari terus berganti, kegusaran Helmi terjawab sudah. Rupanya ia ingin segera menikahi Arini. Menikahlah mereka hingga sesuatu terjadi.
Bagaimana nasib Arini selanjutnya?
Film romansa dewasa ini tidak terlalu menyoroti perbedaan usia antara Nick dan Arini. Perbedaan usia hanyalah alasan bagi Arini untuk menolak Nick. Namun Nick tetap tak menyerah. Ia terus melakukan gombalan-gombalan (yang menurut beberapa warganet, dianggap sebagai Dilan versi lebih dewasa) hingga akhirnya Arini luluh. Arini mau saja diajak jalan-jalan ke Heilderberg hingga hampir saja mereka melakukan hubungan suami istri.
“Adegan Nick nyosor Arini di kediaman Arini di Jerman. Lalu Arini terlihat menikmati namun otaknya seakan menolak, sejurus kemudian Nick ditampar Arini, adalah salah satu bagian terbaik dari film ini”
Arini kembali ke Indonesia dan menjadi CEO di sebuah perusahaan. Kaget! Ya, Arini kaget ketika melihat Helmi ada di perusahaan tersebut. Suaminya yang sudah menjadi mantan, kini bawahannya. Inilah saatnya Arini untuk membalas dendam sakit hatinya bertahun-tahun lalu.
Dari detik pembalasan dendam hingga akhir film, Ismail Basbeth memang terlalu terburu-buru dalam membangun dan menyelesaikan konflik masa lalu Arini. Terkesan para pemeran pembantu ini dihadirkan seadanya saja, bahkan beberapa hal yang menurut saya masih bisa divisualisasikan (seperti tentang anak Arini dan Helmi), dihadirkan dengan narasi begitu saja.
“Arini, aku nggak bisa nerima uangmu. Tolong hargai aku sebagai lelaki“, ucap Helmi mengemis pada Arini.
“Tolong hargai aku sebagai seorang ibu“, balas Arini.
Dialog-dialog lugas khas Basbeth (yang saya temukan di Mencari Hilal) banyak ditemukan di film Arini. Basbeth yang berkolaborasi dengan Titien Wattimena mampu memilih dialog yang cukup menambah rasa setiap kali dialog itu dilontarkan oleh pemain.
“Kamu mau apa Nick?”
“Aku mau kamu, Jelas!“
“Hanya orang mabuk yang mau sama aku Nick“
“Kalau gitu biarlah aku mabuk selamanya“. Eh maaf dialog ini kalau yang jadi Nick adalah Iqbaal Ramadhan, heheh.
Jawabnya yang ini ya, “Munafik, pantes kamu nggak punya teman. Kalau kamu mati, pemakamanmu sepi“
Penampilan Morgan Oey berhasil menghidupkan keceriaan di setiap kemunculannya. Semenjak debut Assalamualaikum Beijing, Morgan adalah salah satu dari sedikit aktor yang memiliki kharisma yang kuat. Meski menurut hemat saya, Nick ini bukanlah permainan terbaiknya (masih David di Mooncake Story) tapi setidaknya Nick berhasil menjadi karakter yang disukai. Hayoo ngaku siapa yang pindah idola dari Dilan ke Nick?
Hal lain yang perlu dipuji dari Arini adalah penataan musiknya yang minimalis namun meresap. Bahkan saya dibuat bengong ketika scene Arini dan Nick di bawah jembatan diiringi lagu Do You Really Love Me?. Dalam hati, cium, cium, cium, eh nggak jadi. Hhahaha
Pada akhirnya bersama Nick, Arini optimis masih ada kereta yang akan lewat membawanya ke jalan kebahagiaan. Pertemuannya di kereta bersama Ira adalah masa lalu yang mungkin tidak akan terlupakan, tapi tidak harus diingat lagi. Kunci sukses menjalani masa depan adalah dengan melepaskan masa lalu.
Jadi, jangan menuduh dan komentar yang bukan-bukan jika ada berondong yang mendekati tante-tante. Tapi saya yakin, kalau tantenya seperti Aura Kasih, siapa yang nggak mau.