Beberapa tahun terakhir ini Indonesia rutin mengirim perwakilan ke ajang Oscar untuk kategori Best Foreign Movie. Di tahun 2019 ini sendiri, Academy of Motion Pictures Arts and Sciences (AMPAS) selaku penyelenggara gelaran Academy Awards sudah menunjuk Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) guna memilih satu film Indonesia.
Apa film yang bakal dikirim nanti, itu tergantung artis dan produser film senior Christine Hakim yang menjabat Ketua Komite Oscar kategori Best Foreign Language 2019 dan anggota-anggota komite.
Ada pun anggota dari komite tersebut di antaranya Alim Sudio, Benni Setiawan, Fauzan Zidni, Firman Bintang, Hardo Sukoyo, Jenny Rachman, Mathias Muchus. Sedangkan Marcella Zalianty berlaku sebagai Sekretaris Komite.
Komite Oscar tersebut sudah mulai bekerja untuk memilih satu film Indonesia yang tayang di bioskop di periode 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018. Biasanya (meski tak selalu), film yang dipilih Oscar adalah karya yang mencerminkan keadaan negera si pengirim.
Komite seleksi Oscar Indonesia/beritasatu |
Sekarang kita berandai-andai saja jika saya merupakan salah satu anggota komite tersebut. Mungkin ini film Indonesia yang bisa jadi rekomendasi perwakilan Indonesia ke ajang Oscar 2019.
1. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
Sebelum tayang reguler di bioskop tanah air pada 16 November 2017, film arahan Mouly Surya ini sudah melanglangbuana di berbagai festival Internasional.
Kesuksesan Marlina berawal dari keberhasilannya menembus kategori Director’s Forthnight di Cannes Film Festival di Prancis yang berlangsung pada 17-28 Mei 2017. Aktris utamanya, Marsha Timothy, memenangi penghargaan Aktris Terbaik dalam Sitges International Fantastic Film Festival ke-50 di Catalunya, Spanyol, pada 5-15 Oktober.
Dalam Festival International du Film de Femmes de Sale (Festival Film Wanita Internasional) yang digelar pada 25-30 September, Marlina memenangi kategori Skenario Terbaik. Film ini pun melenggang masuk Toronto International Film Festival (TIFF), Melbourne International Film Festival dan New Zealand Film Festival. Bahkan baru-baru ini Marlina memenangkan Best Cinematography di ajang Festival Film Asia Pasific yang digelar awal September kemarin.
Film Marlina menceritakan perjalanan seorang janda yang memenggal seorang rampok yang akan memperkosanya. Dia lalu membawa kepala sang perampok ke kantor polisi keesokan harinya. Namun selama perjalanan menuju kantor polisi, dia melalui berbagai macam konflik yang membuat perjalanannya tak semulus yang dibayangkan.
2. The Gift
Film arahan Hanung Bramantyo ini pertama kali rilis di Jogja-NETPAC Asian Film Festival pada awal Desember 2017, sebelum akhirnya masuk bioskop umum pada 24 Mei 2018.
Film yang mengisahkan tentang cinta segitiga antara Ayushita, Reza Rahadian, dan Dion Wiyoko ini bukanlah film cinta segitiga biasa. Karakter yang diberikan pada ketiganya sudah diobservasi dengan cukup detail. Karakterisasi Ayushita yang seorang novelis, Reza yang tunanetra, dan Dion yang seorang dokter akhirnya membentuk jalinan cerita yang sungguh indah.
The Gift bisa saja mencoba peruntungan di Oscar 2019 setelah kandasnya Surat Dari Praha sebagai perwakilan Indonesia di Oscar 2017.
3. Sultan Agung
Indonesia pernah mengirimkan film bergenre biopik ke Oscar lewat Sang Kiai di tahun 2014 dan Soekarno setahun setelahnya. Tapi baru-baru ini, di tengah menjamurnya film horor, ada satu film biopik yang tayang pada 23 Agustus 2018: Sultan Agung.
Film yang diarahkan oleh Hanung Bramantyo ini mengambil latar waktu tahun 1600-an, jauh lebih mundur ke belakang dibanding film biopik yang sudah ada. Dibintangi oleh Ario Bayu, Adinia Wirasti, Marthino Lio, Putri Marino dan sejumlah aktor senior seperti Christine Hakim, Lukman Sardi, Deddy Sutomo, Sultan Agung tentu bisa diperhitungkan sebagai salah satu kandidat dari Indonesia.
Meski Sang Kiai dan Soekarno menemui kegagalan, barangkali rejekinya memang ada di Sultan Agung.
4. Sekala Niskala
Indonesia mengirimkan Turah sebagai perwakilannya di Oscar 2018, dan sayangnya kandas di tengah jalan.
Jika kini Indonesia masih ingin mengirimkan film serupa dengan Turah, yang paling cocok adalah Sekala Niskala. Film yang tayang 8 Maret 2018 ini pun sudah mengantongi beberapa penghargaan: Internasional Film Remaja Terbaik di Asia Pacific Screen Awards 2017, Film Terbaik Tokyo FILMex 2017, dan Film Terbaik Jogja-Netpac Asian Film Festival 2017.
Film yang menceritakan tentang fenomena kembar buncing (kembar laki-laki dan perempuan) di Bali ini kental dengan kearifan lokal. Dieksekusi dengan tak biasa oleh Kamila Andini, Sekala Niskala pun bisa diperhitungkan sebagai kandidat. Ya, semoga saja berhasil masuk unggulan 5 besar di Oscar 2019.
Itu adalah 4 film rekomendasi saya yang bisa diperhitungkan. Namun jika kita pengin mengambil genre baru yang sekaligus kental dengan nuansa Indonesia, masih ada rekomendasi satu film lagi. Setelah melalui proses pemikiran yang panjang (ciiieee), film terakhir yang saya rekomendasikan adalah:
5. 212: The Power of Love
Kurang Indonesia apa film ini? Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata aksi damai 212 di Monas pada 2 Desember 2016 memang hanya terjadi di Indonesia. Aksinya pun sungguh damai, bahkan banyak yang memuji aksi ini.
Tak butuh waktu lama untuk aksi ini diadaptasi ke layar lebar. Film arahan Jastis Arimba ini tayang mulai 9 Mei 2018 dan ditonton oleh ratusan ribu penonton. Bahkan film ini mampu menggerakkan orang-orang yang tak biasa nonton untuk ringan kaki melangkah ke bioskop. Harapannya, film ini pun mampu menggerakkan juri Oscar 2019 untuk memasukkan ke daftar unggulan mereka jika dipilih oleh Komite Oscar Indonesia.
Nah, dari 5 film di atas, mana pilihan kamu untuk jadi perwakilan Indonesia ke ajang OScar 2019? Atau punya pilihan lain? Jangan ragu berbagi, siapa tahu pilihanmu dilirik oleh Komite Oscar Indonesia.