𝙍𝙀𝙑𝙄𝙀𝙒 𝙈𝘼𝙉𝙂𝙆𝙐𝙅𝙄𝙒𝙊: 𝘿𝙧𝙖𝙢𝙖 𝙈𝙞𝙨𝙩𝙚𝙧𝙞 𝘼𝙨𝙖𝙡-𝙐𝙨𝙪𝙡 𝙆𝙪𝙣𝙩𝙞𝙡𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙣𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙈𝙚𝙢𝙞𝙠𝙖𝙩
Azhar Kinoi Lubis bisa dibilang beruntung. Ia adalah salah satu sutradara, yang jika menggarap film horor kebagian PH (rumah produksi) dengan production value yang mahal. Sebelum Mangkujiwo di bawah MVP Pictures, ia lebih dulu bersekutu dengan setan Starvision lewat Kafir, dan Rapi Films lewat Ikut Aku Ke Neraka.
Secara desain produksi, ketiganya termasuk horor yang nggak dibuat asal, yang biasanya cuma mengandalkan set satu rumah dan kondisi gelap gulita hampir sepanjang film.
Dan tentu saya menanti kiprah Azhar Kinoi Lubis bersama MD Pictures.
Dalam debut horor ketiganya, Mangkujiwo, semakin terasa bagaimana kekuatan Azhar dalam bercerita. Dengan memilih narative storytelling, sejatinya Mangkujiwo bukanlah sebuah film horor tapi lebih ke drama misteri.
Mangkujiwo yang mengisahkan asal-usul kuntilanak, nggak mengumbar jumpscare kaget-kagetan, bahkan cenderung minimalis. Tapi lebih ke teka-teki dan misteri, kita yang menonton cukup ikuti saja dengan khidmat tanpa perlu menebak-nebak mau dibawa kemana arahnya.
Kenapa? Karena sama hal dengan bentuk filmnya, ceritanya pun penuh misteri. Salah satunya adalah mengenai backstory cermin Pengilon Kembar yang sempat dinarasikan tidak banyak membantu memperkuat jalinan cerita menjadi utuh.
Padahal narasi tentang Pengilon Kembar sudah sangat menarik yakni membenturkan ilmu pengetahuan dan keyakinan supranatural. Atau mungkin ini sengaja, agar supaya ada prekuel dengan judul Pengilon Kembar? Let’s see!
Terlepas dari ketidak-utuhan tersebut, kekuatan dan gaya berceritanya membuat saya betah menyaksikan sajian misterinya dari awal hingga akhir film. Dan juga karena ditunjang oleh permainan apik hampir seluruh cast-nya terutama Sudjiwo Tejo yang menjadi lead actor.
Bangunan emosi Sudjiwo Tejo (meski perannya mirip dengan film horor lain yang mengandalkan pesonanya), terasa lebih powerfull di film ini. Karena Sudjiwo Tejo ditantang untuk bermain peran dengan rentang emosi yang lebih luas. Bukan hanya dijadikan sebagai dukun yang sakti dan menyeramkan, keberanian Azhar Kinoi Lubis menjadikan Sudjiwo Tejo sebagai aktor utama adalah hal yang patut diapresiasi.
Penampilan memukau Sudjiwo Tejo didukung oleh Asmara Abigail yang looks like Yasamin Jasem. Keduanya mumpuni menampilkan karakternya. Ada juga Djenar Maesa Ayu yang tampil cukup misterius, dan meyakinkan sebagai Nyai. Mungkin hanya Karina Suwandi yang karakternya terasa mubazir.
Dari serangkaian kelebihan yang dimiliki Mangkujiwo, ada catatan khusus bagi kamu yang ingin menonton film ini karena ada beberapa adegan yang bisa saja mengganggu kenyamanan menonton. Di antaranya adegan penyembelihan tikus hingga dalemannya, lalu dicampur nasi. Ataupun melalukan semacam operasi sesar dengan tusuk konde. (Maaf jika spoiler, ini semata-mata agar yang menonton, punya sedikit info akan adegan ini).
Dan adegan-adegan tersebut memang terasa real, dan saya pun merasa cukup mual dengan adegan tersebut. Pun dengan hadirnya binatang-binatang lain seperti ular besar, cicak, dan lain sebagainya yang memang sepertinya menggunakan binatang asli bukan dari efek visual semata.
Satu hal lagi yang perlu disayangkan dari Mangkujiwo, adalah keputusannya memilih penyuntingan bolak-balik dua timeline yang berbeda. Sebetulnya selisih timeline yang digunakan tak terlampau jauh, tapi dengan teknis seperti ini malah kadang membingungkan dan sedikit banyak mengaburkan misteri yang sedang dibangun.
Overall, Mangkujiwo tidaklah sempurna, tapi sebagai film drama-horor-misteri, Mangkujiwo mengesankan sebagai pembuka horor di 2020 dibanding film horor lain yang tayang di bulan yang sama.