Tahun 2020 mungkin salah satu tahun yang buruk bagi perfilman Indonesia. Virus Corona yang melanda dunia membuat operasional bioskop berhenti dan sejumlah film gagal/tunda tayang. Akibatnya, jumlah film sepanjang tahun otomatis berkurang drastis, dan penghasilan film pun pastinya menurun tajam.
Sepanjang 2020, jumlah film bioskop yang berhasil saya tonton sebanyak 46 film dengan komposisi 21 film Indonesia dan 25 film impor. Mungkin ini kali pertama saya menonton film impor lebih banyak dibanding film Indonesia, Hehe. Eits, tapi jumlah ini belum termasuk yang saya tonton di layanan streaming ya.
Dari 21 film Indonesia yang saya tonton, tentu saya harus buat deretan paling keren setiap tahunnya. Ya semacam rutinitas tahunan saja yang disertai harapan bisa menjadi rekomendasi bagi pembaca.
Bicara deretan paling keren, konsep deretan alias jumlah film yang ada di daftar paling keren itu saya buat mengikuti tahunnya. Sebagai contoh, pada tahun 2013 saya membuat deretan paling keren sebanyak 13 Film, pada tahun 2014 sebanyak 14 film, dan begitu seterusnya hingga 2019 yang berhasil menghimpun 19 film Indonesia.
Pemilihan angka ini bukan semata-mata mengikuti tahun, tapi disertai juga harapan bahwa film Indonesia yang berkualitas, jumlahnya meningkat setiap tahunnya. Dan tahun 2020 ini direncanakan sebagai adalah penutup deretan tersebut. Itu artinya, artikel kali ini semestinya berjudul 20 Film Indonesia Paling Keren 2020.
Tapi apalah daya, film yang harus dikurasi hanya 21 saja. Memilih 20 dari 21 sangat mudah sebetulnya, karena hanya tinggal membuang satu judul film saja. Tapi masalahnya, apakah keduapuluh film tersebut layak menyandang predikat 'paling keren'?
Meski begitu, hajatan tahunan ini nggak boleh terlewat. Setelah melalui proses penyaringan, perenungan, dan pemikiran yang mendalam, saya memutuskan membuat deretan Film Indonesia paling keren 2020 sebanyak 11 film. Dan daftar ini terbagi ke dalam tiga kategori.
Dulu senang koleksi tiket, tapi sekarang di foldering saja biar nggak pudar/Raja Lubis |
Penasaran? Cekidot!
Special Mention: Film Streaming Paling Keren
Salah satu hikmah dari pandemi adalah layanan streaming legal yang tumbuh subur. Mungkin kamu sudah familiar dengan layanan - layanan seperti Netflix, Disney+ Hotstar, dan Iflix bukan?
Beberapa film Indonesia yang gagal tayang di bioskop sebagian beralih ke layanan streaming tersebut. Tapi ada juga film yang memang ekslusif khusus layanan tersebut bukan alihan dari film bioskop.
Dari beberapa film yang tayang di layanan streaming sepanjang 2020, saya akan berikan special mention pada tiga film yaitu:
1. Mudik (Mola TV)
via Lifelike Pictures |
Film arahan Adriyanto Dewo ini bercerita tentang sepasang suami istri Firman (Ibnu Jamil) dan Aida (Putri Ayudya) yang mudik beberapa hari sebelum Idul Fitri. Mereka mudik mengggunakan mobil pribadi. Dan sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil menjadi mencekam karena Aida mencurigai suaminya selingkuh.
Fakta menarik, film ini adalah satu-satunya film yang tayang di layanan streaming yang berhasil masuk nominasi Film Terbaik Festival Film Indonesia 2020. Meski kalah oleh Perempuan Tanah Jahanam, tapi film produksi Lifelike Pictures ini berhasil membawa pulang piala Penulis Cerita Asli Terbaik FFI 2020.
Film ini tayang ekslusif di Mola TV pada Agustus 2020 setelah sebelumnya direncanakan tayang di bioskop pada April 2020 (berdekatan dengan momen Ramadan). Dan untuk menonton film ini di Mola TV kamu bisa membayar seharga 17.000 rupiah. Film Mudik ini menggunakan sistem rental/film. Kamu yang sudah berlangganan Mola TV tetap harus menyewa/membayar lagi untuk menonton film ini.
2. Sejuta Sayang Untuknya (Disney+ Hotstar)
Via Citra Sinema |
Sejauh ini Disney+ Hotstar adalah layanan streaming yang paling konsisten menelurkan film Indonesia ekslusif setiap minggunya. Tapi dari beberapa film yang saya tonton, kebanyakan berbuah kekecewaan. Terkecuali Sejuta Sayang Untuknya yang dibintangi oleh Deddy Mizwar dan Syifa Hadju.
Film arahan Herwin Novianto ini bercerita tentang seorang ayah single parent yang harus membesarkan putri satu-satunya. Cerita tentang relasi hubungan-anak dalam film ini cukup mengundang haru. Meski kalau kamu senang alias rutin menonton Sinema Wajah Indonesia garapan Deddy Mizwar di SCTV, cerita yang disajikan Sejuta Sayang Untuknya bukanlah sesuatu yang benar-benar baru.
Dan yang paling keren dari film ini adalah penampilan Syifa Hadju yang sangat piawai mengelola emosi. Tidak heran jika RajaSinema memberikan penghargaan Aktor Wanita Film Paling Keren padanya di Kilas Balik RajaSinema 2020.
3. Tarung Sarung (Netflix)
Via Starvision |
Film arahan Archie Hekagery ini termasuk film yang saya tunggu-tunggu di bioskop. Awalnya direncanakan tayang pada awal April 2020, namun tiba-tiba film ini muncul di Netflix tepat di akhir tahun, 31 Desember 2020. Hal ini sekaligus menandai bahwa Tarung Sarung adalah film pertama Starvision yang 'diberikan' kepada layanan streaming.
Ceritanya seperti apa? Kalau kamu orang Makassar atau paham budaya lokal di daerah Makassar, tentu kamu sudah nggak asing dengan tradisi tarung sarung untuk menyelesaikan suatu masalah. Inilah salah satu alasan kenapa saya nungu banget film ini, karena saya sangat senang sekali dengan film yang mengusung kearifan lokal.
Secara teknis, keunggulan utama film ini terletak pada penataan musik dan kamera yang membuat film ini semakin megah sebagai film drama laga. Andaikata ditonton di bioskop, tentu cinematic experience-nya akan lebih terasa.
Special Mention: Film yang Bikin Bingung Tapi Menuai Banyak Penghargaan
Di special mention yang kedua, saya pilihkan dua film yang sukses bikin kening saya berkerut selepas menontonnya. Bikin bingung dan pusing dalam artian saya nggak ngerti jalan ceritanya, dan perlu berpikir lebih keras untuk mencernanya. Ya, mungkin otak saya nggak sanggup untuk kedua film ini.
Tapi di sisi lain, kedua film ini diberi banyak apresiasi oleh penghargaan dalam dan luar negeri. Dan mereka adalah:
1. Abracadabra (Faozan Rizal)
Padahal ratingnya SU/fourcolours film |
Waktu kecil, sulap biasanya jadi pertunjukkan hiburan di sekolah-sekolah. Dan ketika menontonnya saya dan teman-teman begitu bahagia. Tak penting kita tahu bagaimana triknya, yang penting bagaimana pertunjukan itu bisa membuat kita tertawa.
Tapi pengalaman itu tak terjadi ketika saya menonton Abracadabra arahan Faozan Rizal. Film yang menjadi pembuka JAFF 2019 ini bercerita tentang pesulap Grand Master, Lukman (Reza Rahadian) yang menghilangkan anak laki-laki yang masuk ke dalam kotak pertunjukkannya. Hal ini seharusnya tidak terjadi karena bukan bagian dari pertunjukan.
Gaya penceritaannya yang lompat sana lompat sini, kurang saya nikmati. Pun juga dengan dialog-dialog dan alurnya. Keluar bioskop saya harus menghela napas panjang sambil mikir 'apa yang baru saja saya tonton?'.
Untungnya film ini punya visual, busana, rias, dan warna yang kece badai. So, di ajang FFI 2020, seluruh kategori yang berbau artistik diborong habis oleh Abracadabra.
2. The Science of Fictions (Yosep Anggi Noen)
Via Kawan-kawan Media |
Lebih bingung mana dengan Abracadabra? Saya kira sama saja, keduanya sama-sama bikin bingung. Kalau penasaran baca saja ulasan saya dengan klik judulnya di atas ya.
Sudah?
Film arahan Yosep Anggi Noen ini sudah melanglangbuana di berbagai festival film internasional seperti Locarno Film Festival dan Oldenburg Film Festival. Di dalam negeri sendiri, The Science of Fictions dipilih sebagai Film Pilihan Tempo 2019.
Namun sayangnya di ajang FFI 2020, nasibnya tak seberuntung Abracadabra. The Science of Fictions hanya kebagian jatah satu piala saja yakni Pemeran Utama Pria Terbaik (Gunawan Maryanto).
Dan inilah 6 Film Paling Keren 2020 yang tayang di bioskop
Meskipun jumlah film bioskop sangat sedikit, tapi saya senang karena film Indonesia 2020 punya beragam genre. Bahkan film dokumenter dan animasi yang jarang nongol di bioskop pun, ada di 2020. Dan bukan sekadar ada, kualitasnya pun layak menyandang gelar 'paling keren'.
Tanpa basa-basi, dengan bangga saya persembahkan 6 Film Indonesia Paling Keren 2020:
6. Mariposa (Drama, Remaja)
Sempat tayang lagi di bioskop pada akhir tahun setelah terhenti pandemi/Starvision, Falcon Pictures |
Sukses dengan Dua Garis Biru (yang mendapat jutaan penonton dan berbagai penghargaan dalam negeri), Starvision kembali menduetkan pasangan Angga Yunanda dan Adhisty Zara dalam film Mariposa.
Ceritanya sangat sederhana sekali yakni tentang Acha (Zara) yang cinta mati kepada Iqbal (Angga Yunanda), tapi diabaikan.
Di film ini, Zara dituntut berperan sebagai cewek yang agresif. Sementara Angga Yunanda masihlah sebagai cowok yang pendiam, dan tidak terlalu banyak didalami karakternya selain tambahan background keluarganya.
Sebagai film romansa remaja, Mariposa yang dikerjakan bareng bersama Falcon Pictures ini, bukanlah film yang menawarkan konflik yang serius. Mariposa sangatlah ringan dan menghibur. Karakterisasi dan alurnya dibangun dengan sangat sederhana, dan meski repetitif tapi tetap menyegarkan.
5. Semes7a (Dokumenter, Lingkungan)
Via Tanakhir Films |
Semes7a adalah sebuah film dokumenter tentang lingkungan di 7 provinsi yang berbeda di Indonesia. Bermula dari perayaan Nyepi di Bali, lalu ke Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Papua, Aceh, Yogyakarta, dan berakhir di Jakarta. Masing-masing provinsi diperlihatkan sosok yang berjasa merawat alam dan kelestariannya, semisal penggunaan sumber daya air untuk pembangkit listrik.
Ketujuh kisah yang ada, secara tidak langsung berujung pada keberagaman yang dimiliki Indonesia, terutama keberagaman budaya, kehidupan sosial, dan agama. Semes7a melukiskannya tanpa pretensi ceramah yang berlebihan. Gaya bertuturnya sangat enak dinikmati, dan Chairun Nisa selaku sutradara pandai betul merangkai film dokumenter agar berjalan tidak membosankan.
Jika biasanya, seringkali dokumenter memperlihatkan manusia seperti yang sedang diwawancara, Semes7a lebih banyak menggunakan audio suara orang sebagai narasi yang mengiring gambar. Dan bagusnya lagi, hampir seluruh gambar yang ada diambil dengan indah.
Mengangkat tentang Indonesia, menonton Semes7a bagaikan gerbang awal untuk penonton menelisik Indonesia lebih jauh. Meski secara garis waktu yang ditampilkan dari tujuh kisah tersebut, tidak berdekatan, dan jauh dari masa kini, membuat beberapa fakta/data yang disajikan sudah nggak relevan lagi dibandingkan saat ini.
4. Mangkujiwo (Horor, Misteri)
Via MVP Pictures |
Mangkujiwo adalah film horor ketiga Azhar Kinoi Lubis setelah Kafir: Bersekutu Dengan Setan dan Ikut Aku Ke Neraka. Dengan menggunakan pendekatan metode narative storytelling, membuat Mangkujiwo bergerak lebih ke drama misteri daripada horor.
Sama hal dengan bentuk filmnya, ceritanya pun penuh misteri. Backstory cermin Pengilon Kembar yang sempat dinarasikan tidak banyak membantu memperkuat jalinan cerita yang utuh. Padahal narasinya sudah sangat menarik yakni membenturkan ilmu pengetahuan dan keyakinan supranatural. Atau mungkin ini sengaja, agar supaya ada prekuel dengan judul Pengilon Kembar.
Terlepas dari itu, kekuatan berceritanya membuat saya betah menyaksikan misteri dari awal hingga akhir film. Ditunjang dengan permainan apik hampir seluruh cast-nya terutama Sujiwo Tejo yang menjadi lead actor.
Bangunan emosi Sujiwo Tejo (meski perannya mirip dengan film horor lain yang mengandalkannya), terasa lebih baik karena Sujiwo Tejo ditantang untuk bermain peran dengan rentang emosi yang lebih luas. Pun kudos untuk Asmara Abigail dan Yasamin Jasem, yang juga berhasil menaklukkan perannya dengan sangat baik.
Namun perlu dicatat, ada beberapa adegan yang bisa saja mengganggu kenyamanan menonton seperti penyembelihan tikus hingga dalemannya, lalu dicampur nasi. Ataupun melalukan semacam operasi sesar dengan tusuk konde. (Maaf jika spoiler, ini semata-mata agar yang menonton punya sedikit info akan adegan ini).
3. Buku Harianku (Musikal, Anak)
Via Bro's Studios |
Gagal liburan ke Bali, Kila (Kila Putri Alam) akhirnya ikut ibunya yang dinas ke Sukabumi. Di sana ia tinggal bersamanya Kakek Prapto (Slamet Rahardjo), dan liburannya justru membawa pada perjalanan yang bernilai.
Premisnya memang bukan hal baru di film anak, tapi perlu saya bilang, film genre seperti ini masih langka. Dibuat dengan format musikal, Kila Putri Alam tampil sangat stand out sebagai lead actor yang dituntut bisa men-deliver emosi, bernyanyi, pun juga berkoreografi.
Penampilan Kila, ditunjang pula oleh Widuri Puteri. Berperan sebagai Rintik (penyandang disabilitas), Widuri adalah aset cilik Indonesia. Paska mencuri perhatian dengan cerewetnya di Keluarga Cemara, Buku Harianku menantangnya tidak banyak berbicara, dan banyak menggunakan bahasa isyarat.
Bagusnya, disabilitas nggak dijadikan pemantik air mata semata, tapi juga sebagai motivasi. Momen klimaks saat Agustusan, membuat air mata saya jatuh, serasa adegan tersebut punya magis tersendiri.
Keunggulan lainnya adalah deretan lagu-lagu yang easy listening, dan penempatannya sangat pas serta teratur. Dan performa Slamet Rahardjo + Kila di akhir film, adalah salah satu song performance yang terbaik.
2. Riki Rhino (Animasi, Kearifan Lokal)
Ridwan Kamil juga mengisi suara di film ini lho/Batavia Pictures |
Sama halnya dengan dokumenter, genre animasi jarang juga nangkring di layar lebar. Diarahkan oleh Erwin Budiono, Riki Rhino bercerita tentang Riki (Hamish Daud), badak Sumatera yang kehilangan culanya. Ditemani Beni (Ge Pamungkas), bebek cerewet tapi baik hati, Riki mencari cara agar culanya kembali tumbuh.
Film ini dikemas dengan petualangan seru yang sangat mudah diterima oleh anak-anak. Belum lagi kepiawaian Cassandra Massardi selaku penulis skenario, menuliskannya dari sudut pandang binatang. Dialog-dialog ringan nan menghibur kerap kali berhasil mengundang tawa penonton.
Ditambah lagi dengan banyaknya fauna asli Indonesia yang hadir sebagai tokoh. Selain badak dan bebek, ada juga elang jawa, harimau, bekantan, dan lain-lain. Hal ini juga bisa menjadi ajang edukasi bagi penonton mengenai fauna langka yang harus dilindungi di Indonesia. Saya kira anak-anak akan suka, dan Riki Rhino bisa menjadi alternatif pilihan penonton keluarga.
Jika ditinjau dari segi adventure memang ada sedikit abai logika mengenai tempat-tempat yang dilalui oleh tokoh utama. Tapi sebagai film yang diberi rating SU (Semua Umur) saya kira itu bukan masalah besar. Terlebih, dengan konsep petualangan ini juga, Riki Rhino memperkenalkan tempat-tempat konservasi satwa langka di Indonesia.
1. Mekah I'm Coming (Komedi, Religi)
Via MD Pictures, Dapur Film |
Di sebagian masyarakat kita, Haji bukan sekadar ibadah tapi juga pencapaian sosial. Ada yang sudah berhaji, tapi ketika tetangga nggak panggil mereka dengan sebutan haji, mereka marah. Ada?
Mekah Im Coming bercerita tentang Edy (Rizky Nazar) yang gagal haji karena ditipu oleh travel abal-abal. Mau pulang malu, nggak pulang juga percuma karena nggak jadi haji padahal sudah habis biaya besar.
Fenomena kasus penipuan jemaah haji, belum lama jadi perbincangan hangat di Indonesia. Bagaimana rasanya saya tentu nggak bisa bayangkan, tapi cukup sakit juga ketika tokoh yang diperankan Fanny Fadhilah, Cici Tegal, dan Rasyid Karim bercerita tentang penipuan yang menimpa mereka.
Film arahan Jeihan Angga makin terasa komedik berkat coloring dan penyuntingannya yang khas sekali. Pun teks-teks yang menghiasi sepanjang film, terutama yang di kaos.
Sebagai sutradara pendatang baru di ranah film panjang bioskop, Jeihan Angga (yang juga menulis naskah dan menyunting gambar) adalah harapan bagi kebaruan dan keragaman sinema Indonesia.
Dan tentunya Rizky Nazar dan Michelle Ziudith yang melakoni peran yang berbeda dari kebanyakan film mereka sebelumnya, dan sangat berhasil. Pun juga dengan ansamble castnya yang tampil menunjang satu sama lain.
Itulah daftar paling keren tahun 2020. Beberapa film sudah tersedia di layanan streaming legal seperti Mekah I'm Coming yang bisa ditonton di Viu dan Semes7a yang bisa ditonton di Netflix. Jangan cari bajakan!
Kalau kamu selama 2020 nonton film apa saja?