Kamu remaja tahun 2008? Tentu kamu nggak asing lagi dengan sinetron fenomenal Kepompong bukan? Sinetron yang tayang di SCTV ini sempat menjadi favorit remaja masa itu karena ceritanya berkisar antara problematika remaja baik secara individu di rumah atau pun pertemanan di sekolah.
Lebih dari sepuluh tahun, sinetron yang pernah mendapat penghargaan Serial Remaja Terpuji Festival Film Bandung ini dibuatkan filmnya. Namun versi filmnya ini tidak mengusung judul yang sama melainkan ditambahkan menjadi Persahabatan Bagai Kepompong yang dibuat ekslusif untuk Disney+Hotstar.
Angkat isu remaja yang lebih serius
Ben, saat dirisak oleh teman-temannya/capture trailer |
Persahabatan Bagai Kepompong masihlah bercerita tentang persahabatan sebuah geng yang dihuni oleh empat cewek dan satu cowok. Mereka adalah Isabel (Yasmin Napper), Bembi (Shanice Margaretha), Lydia (Thalita Putri), Dana (Jihan Safira), dan Ben (Bio One). Ben adalah satu-satunya cowok di geng tersebut, dan ia adalah personil yang bergabung terakhir.
Ben sendiri adalah murid pindahan. Dan ia sudah diwanti-wanti oleh Isabel agar ia kuat berada di sekolah tersebut. Maklum saja, setiap murid baru akan dirisak oleh geng The Mafioso yang digawangi oleh Bobby (Joshua Rundengan).
Sebagai sebuah film panjang, tentu Persahabatan Bagai Kepompong tidak punya waktu yang cukup banyak untuk menggali satu per satu karakter atau mengungkap banyak isu sebagaimana sebuah serial. Film harus cerdas memilih materi apa yang hendak disampaikan. Dan film arahan Sentot Sahid ini cukup cerdas memilih isu yakni tentang masalah perisakan (bullying).
Film Indonesia berlatar remaja yang mengampanyekan perlakuan perisakan di sekolah memang bukan hal yang baru. Tapi hal baik seperti ini harus konsisten disuarakan agar tidak ada lagi persoalan perisakan yang mungkin terjadi tanpa sepengetahuan guru atau orangtua di rumah.
Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi niatan mulia Persahabatan Bagai Kepompong menambah deretan film remaja bertema demikian.
Hangat, penuh dengan cinta
Ceritanya mungkin bisa saja klise. Geng bentukan Isabel yang diberi nama Kepompong bersaing ketat dengan geng The Fabolous Divas pimpinan Paula (Cut Beby Tshabina). Suatu waktu sekolah mengadakan kompetisi ide untuk acara perpisahan sekolah. Dan kedua geng ini pun sama-sama ingin menunjukkan ide terbaiknya.
Segala cara ditempuh oleh keduanya. Isabel meminta Ben untuk memata-matai Paula karena hanya Ben yang bisa melakukan itu. Pun begitu juga Paula meminta Ben untuk membantu proposalnya. Namun, saat pengumuman ide siapa yang terpilih, semua orang terkejut. Ide siapa yang terpilih?
Persaingan di antara murid di sekolah memang klise. Tapi Alim Sudio yang bertindak sebagai penulis naskah banyak memberikan hati untuk para tokohnya. Setiap karakter diberikan latar tentang kondisi keluarga masing-masing. Ada banyak percakapan hangat yang terjadi antara orangtua kepada anaknya. Satu yang paling saya suka yaitu adegan saat Tante Ben (diperankan Lulu Tobing) diskusi bersama Ben tentang patah hati.
Persahabatan Bagai Kepompong juga tidak serakah dalam memberikan porsi latar belakang keluarga ini. Meski singkat, setidaknya Persahabatan Bagai Kepompong tidak menjadikan karakter di luar karakter utama sebagai tempelan semata. Bahkan adegan sederhana di panti jompo saja bikin saya bahagia melihatnya. Dan tentu saya ikut menyenandungkan tembang Gelora Asmara untuk membuat Oma Bembi terhibur.
Dan Persabahatan Bagai Kepompong punya resolusi yang menarik
Bukan lanjutan atau pun remake, Persahabatan Bagai Kepompong mengambil inti yang sama dengan serialnya lalu diset dengan masa sekarang |
Persahabatan Bagai Kepompong tetap konsisten dan fokus pada pesan tentang perisakannya. Sebagaimana film yang memang harus bisa diterima remaja tanpa beban berlebih, Persahabatan Bagai Kepompong memberikan resolusinya dengan cukup ringan. Resolusi yang menjadi klimaks film ini disampaikan melalui monolog Ben yang sangat menyentuh.
Bio One yang biasa dikenal dengan penampilannya yang jago berkelahi (seperti dalam film Rembulan Tenggelam di Wajahmu), bisa menaklukkan karakter Ben yang lugu dan pemalu. Lalu kemudian ia bertransformasi menjadi sosok pemberani dan pembela bagi teman-temannya yang senasib dan sepenanggungan. Mereka yang dinamai geng ‘Rakyat Jelata’.
Perubahan karakter Ben ini dilukiskan oleh serangkaian proses yang mungkin kita semua pernah mengalaminya semasa remaja. Ada kekosongan hati, jatuh cinta, sakit hati. Hal ini yang membuat kita akan mudah terhubung dengan apa yang dialami oleh Ben.
Satu hal lagi yang menarik adalah akhir romansanya. Tidak seperti kebanyakan film romansa remaja lain yang memberikan resolusi akhir pada kisah cinta sang tokoh utama, Persahabatan Bagai Kepompong memilih membiarkannya.
Dan saya rasa itu pilihan yang tepat karena pilihan tersebut tidak berkhianat pada kisah yang sedari awal dibangun untuk menyampaikan pesan pentingnya persahabatan tanpa perisakan.