Pernah nggak ketika kamu menonton film di platform online, terus terjebak melihat adegan yang tidak kamu inginkan?
Gimana, gimana? Contohnya begini!
Saya nonton Game Over, Man! (2018), sebuah film komedi hollywood. Film ini menceritakan tiga orang pegawai hotel yang punya mimpi tinggi tapi pemalas. Suatu ketika hotel tempat mereka bekerja diserbu oleh sekelompok teroris. Nah, momen ini mereka manfaatkan untuk menjadi pemberani agar mereka nggak dicap lagi sebagai pecundang.
Film berjalan dengan seru. Tapi selang beberapa menit, saya dikagetkan dengan adegan salah satu tokohnya, Alexx (Adam Devine), yang memperlihatkan alat kelaminnya. Konteks ceritanya adalah Alexx pura-pura mati untuk mengelabui para teroris tersebut. Ia kemudian menggantung dirinya di lemari kamar hotel dalam keadaan telanjang bawah alias tidak menggunakan celana.
Di film asing, biasanya pertunjukan alat kelamin ini bisa dianggap bagian jokes yang cukup 'acceptable' jika dikaitkan ke konteks cerita. Tapi tetap saja, kenyamanan menonton saya sedikit terganggu dengan adegan tersebut.
Untuk memitigasi agar tidak terjadi pengalaman tersebut, melihat rating film saja tidak cukup ketika menonton film secara online. Selain rating, kita juga perlu memerhatikan kata kunci yang biasanya terdapat dalam keterangan film.
Berikut saya coba bagikan beberapa kata kunci yang biasanya disematkan dalam film, agar kamu tahu maksud dan konten dari kata kunci tersebut seperti apa.
1. Sex (konten seksual)
Apabila sebuah film memiliki kata kunci ‘Sex’, sudah dipastikan film tersebut mengandung adegan seksual. Adegan yang dimaksud bisa sebatas berciuman bibir, dan atau malah lebih jauh dari itu seperti berhubungan badan.
Kata kunci ini pun masih bersifat umum karena tidak merinci spesifik jenis kelamin dan jumlah karakter yang melakukan adegan seksual. Bisa dilakukan oleh lawan jenis antara laki-laki dan perempuan, ataupun sesama jenis. Dan bisa juga dilakukan sendiri, berdua, atau bahkan lebih.
Dan penting juga untuk diperhatikan, ketika sebuah film mengandung kata kunci ini bukan berarti film tersebut sepenuhnya berbicara tentang seks. Bedakan antara kata ‘mengandung’ dengan ‘bercerita tentang’.
Sebagai perbandingan, film laga perang 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi (2016) saja mendapat label ‘Sex’ hanya karena ada sedikit adegan intim di dalamnya. Beda cerita dengan film yang memang bergenre erotis seperti 365 Days (2020), Fifty Shades of Grey (2015), dan The Voyeurs (2021). Sudah barang tentu adegan seksualnya hampir bertebaran di sepanjang film.
Contoh label pada film 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi/Raja Lubis |
2. Nudity (ketelanjangan)
Film dengan kata kunci ini biasanya memperlihatkan anggota tubuh yang sensitif termasuk alat kelamin. Seperti cerita saya di awal pembuka tulisan ini, Game Over, Man! adalah contoh film yang mendapat label ‘Nudity’ meski filmnya bergenre komedi.
Contoh lainnya adalah film thriller psikologis Gone Girl (2014), yang memperlihatkan sekilas Ben Affleck telanjang bulat. Kalau bicara konteks, adegan Ben Affleck ini bisa diartikan sebagai ekspresi sinematik untuk menunjukkan relasi antara karakter yang diperankannya dan karakter lain. Yakni sudah tidak ada lagi hal yang ditutupi di antara mereka berdua. Kamu yang sudah pernah nonton film ini, pasti paham maksudnya.
Dari contoh di atas, aspek ketelanjangan ini dipertunjukkan oleh laki-laki. Tapi kalau dihitung jumlahnya, ketelanjangan laki-laki lebih sedikit dibandingkan ketelanjangan perempuan. Setidaknya dari film yang saya tonton, kesimpulannya begitu.
Selain itu, perempuan juga lebih berani telanjang dalam durasi yang cukup lama seperti halnya dalam film thriller Swimming Pool (2003). Karakter utamanya berbusana tanpa atasan (maaf, memperlihatkan payudaranya) hampir di setiap kesempatan. Padahal konteks ceritanya tidak membutuhkan ia untuk berpakaian seperti itu.
3. Suicide (bunuh diri)
Bagi sebagian orang mungkin akan sangat tidak nyaman ketika melihat adegan bunuh diri. Oleh karena itu, menurut saya kata kunci ini sangat penting untuk disematkan dalam keterangan film.
Dari beberapa film yang saya tonton, adegan bunuh diri ini punya banyak
pendekatan dan cara yang berbeda-beda. Secara pendekatan, ada yang memang
diperlihatkan secara terang-terangan, ada pula yang secara eksplisit. Kalau
dari segi cara banyak macamnya. Ada yang terjun dari lantai atas, menabrakkan diri ke mobil, minum racun, dan lain sebagainya.
Saya kasih contoh satu saja, adegan bunuh diri di Sooryavanshi (2021). Film laga kriminal bollywood ini punya adegan bunuh diri dengan cara menembakkan pistol ke kepala.
Pendekatan yang dilakukan oleh sutradaranya begini. Karakter diperlihatkan sedang memegang pistol yang siap ditembakkan ke kepalanya sendiri. Namun, ketika ia menembak, layar mengalihkannya ke gambar lain. Dan hanya terdengar suara tembakan sebagai tanda karakter telah bunuh diri.
4. Violence (kekerasan)
Kata kunci ini pun masih bersifat umum. Tapi ‘violence’ yang dimaksud rata-rata mengarah ke kekerasan fisik. Semisal adegan berkelahi yang menyebabkan karakternya terluka parah. Atau juga adegan perkelahian yang menggunakan senjata tambahan seperti kayu, besi, pisau, dan alat-alat lainnya. Adegan pembunuhan pun masuk ke dalam label ini.
Selain itu, kata kunci ini tidak mengakomodir seberapa besar tingkat kekerasan dalam sebuah film. Tapi rata-rata yang dilabeli oleh kata kunci ini adalah film yang mengandung adegan yang cukup sadis, berdarah, dan intens.
Contohnya adalah serial Mirzapur (2018). Di serial ini ada satu adegan pembunuhan yang bikin saya bergidik ngeri. Yakni ketika salah satu karakter menyayat leher karakter lain menggunakan pisau cutter. Dan proses sayatan lehernya dilakukan perlahan sehingga membuat darahnya bercucuran. Serta diperlihatkan secara terang-terangan.
Kata kunci pada Mirzapur, lengkap euy/Raja Lubis |
5. Sexual Violence (kekerasan seksual)
Patut saya puji, beberapa aplikasi streaming menaruh label ini pada tempat tersendiri. Tidak menempatkannya ke dalam label 'sex' ataupun label 'violence'.
Film dengan label ini mengandung adegan kekerasan seksual. Bedanya dengan 'seksual' ada pada konteks cerita tentang konsen atau persetujuan karakternya. Dalam label ini, biasanya adegan seksual dilakukan dengan kekerasan dan paksaan. Adegan pemerkosaan masuk ke dalam kategori ini.
Kalaupun ada adegan seksual yang disertai kekerasan, tapi dilakukan dengan persetujuan, film biasanya melabelinya dengan 'Sex' tidak dengan 'Sexual Violence'.
Persoalannya, belum semua aplikasi streaming menambahkan kata kunci pada database filmnya. Sebagian hanya mencantumkan rating dan genre saja.
6. Kata kunci lainnya
Sejauh ini, lima kata kunci di atas yang menurut saya cukup krusial untuk diperhatikan karena bisa mengganggu kenyamanan menonton. Apalagi jika kondisi psikologis orangnya, punya pengalaman yang tidak mengenakkan dengan adegan-adegan yang ada dalam kata kunci tersebut.
Namun sebagai informasi, ada juga kata kunci lain yang disematkan dalam film seperti 'Alcohol/Drinks (penggunaan alkohol/mabuk)', 'Smoking (merokok)', dan 'Drugs (narkoba/zat terlarang)'.
Maksudnya adalah ketika suatu film dilabeli dengan 'alcohol',
artinya dalam film tersebut terdapat adegan karakter menggunakan alkohol.
Seperti sedang mabuk di bar atau berpesta di kediaman salah satu
karakternya. Contohnya dalam serial Elite (2018) banyak sekali
ditemukan adegan mabuk-mabukan.
Atau ketika sebuah film punya label ‘smoking’, artinya dalam film tersebut terdapat karakter yang merokok. Pun juga dengan penggunaan narkoba atau zat berbahaya lainnya.
Adegan-adegan tersebut tidak terlalu mengganggu (setidaknya bagi saya), karena biasanya kata kunci tersebut disematkan oleh adanya kebijakan negara yang berbeda-beda. Semisal ada satu negara yang menganggap alkohol adalah hal yang biasa, tapi ada juga negara lain yang menganggap alkohol adalah hal yang tak layak diperlihatkan kepada publik.
Jadi penyematan ini sebagai bentuk upaya menghargai kebijakan yang berlaku karena film yang berada di platform streaming tentunya bisa diakses oleh siapa saja dan dari negara mana saja.
Saat ini, di Indonesia sendiri belum ada lembaga berwenang yang mengawasi sensor di layanan streaming. Jadi tak ada salahnya kita melakukan sensor secara mandiri sebelum menonton film.
Sekian dulu sharing mengenai kata kunci yang perlu diperhatikan ketika menonton film di layanan streaming. Tulisan ini murni berdasarkan analisa dan pengamatan saya selama menonton film dengan genre berbeda dan dari berbagai belahan dunia.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi pembaca untuk bisa lebih bijak
lagi memilih dan memilah tontonan. Apalagi di era globalisasi dan
teknologi yang semakin bebas ini, penetrasi budaya sangat mudah dilakukan
melalui film yang aksesnya dipermudah teknologi.