Ketika sebagian besar bioskop mainstream dipenuhi oleh satu film, kadang saya jadi dibuat bosan. Pasalnya nggak banyak film yang bisa ditonton. Begitu ke bioskop, yang saya lihat Dilan lagi, Captain Marvel lagi, KKN lagi. Jadi buat mengisi kekosongan, biasanya saya nonton film-film jadul di layanan streaming original. Tapi kadang, nggak semua film lama tersedia di platform tersebut.
Beruntung ada In******ma, salah satu bioskop alternatif di kota Bandung yang suka memutar film yang udah turun layar di bioskop mainstream. Dan tempo hari kebetulan mereka memutar Cinta Dalam Sepotong Roti, film arahan Garin Nugroho yang mendapat piala citra Film Terbaik Festival Film Indonesia 1991.
Garin Nugroho sendiri dikenal sebagai sutradara yang sering melahirkan karya yang dipuji di luar negeri, tapi kurang mendapat perhatian di negeri sendiri. Orang-orang menyebutnya "Sutradara Festival", bukan "Sutradara Komersil".
Lalu kenapa saya merekomendasikan kamu untuk tonton film dari "Sutradara Festival" ini? Alasannya...
Ini adalah film yang menyisipkan puisi dan lagu
Nggak banyak film Indonesia yang disisipi lagu dan puisi sekaligus. Cinta Dalam Sepotong Roti termasuk ke dalam pengecualian.
Lagu anak-anak yang berjudul 'Kapal Api' langsung mengiringi adegan pembukanya. Setelah itu kamera berpindah menyoroti boneka bayi, radio, dan tangan yang sedang mengoles selai roti. Terkesan biasa banget, tapi adegan pembuka ini mengandung keindahan terselubung. Ia juga akan menjadi penanda bagaimana kisah cinta yang terjadi di antara ketiga karakter utamanya: Harris (Adjie Massaid), Mayang (Rizky Teo), dan Topan (Tio Pakusadewo).
Setelah lagu, ada pula puisi. Namun puisi-puisi dalam film ini dimasukkan ke dalam dialog, bukan sekedar transisi seperti di film Hujan Bulan Juni (2017). Salah satu puisi yang paling berpengaruh terhadap cerita adalah 'Tunduklah Kepada Salmah' karya Ahmad Al Hadhrami.
Tapi yang lebih menarik adalah sisipan puisi 'Aku Ingin' karya Sapardi Djoko Damono yang dimusikalisasi dengan apik oleh Dwiki Dharmawan. Dengan ditemani vokal dari Ratna Oktaviani, puisi 'Aku Ingin' terasa sangat pas saat dijadikan latar adegan romantis.
Penempatan kamera yang jarang kamu temui di film zaman sekarang
Contoh framing dan komposisi yang dilakukan Soleh Ruslani/garinnugroho.net |
Selain Film Terbaik FFI 1991, Cinta Dalam Sepotong Roti juga menggondol piala citra Pengarah Sinematografi Terbaik. M. Soleh Ruslani yang bertugas di departemen ini memang punya sensitivitas kamera yang bagus. Hasilnya saya dimanjakan oleh pemandangan alam yang indah. Sungai, laut, bukit, hutan, dan pepohonan menjadi daya tarik visual yang nggak hanya jadi pemanis, tapi juga punya arti terhadap cerita filmnya.
Cinta Dalam Sepotong Roti juga seringkali membingkai para aktornya dengan kamera yang diam. Hal ini bisa jadi disebabkan faktor teknis saat itu. Tapi di sisi lain, teknik ini memberikan keleluasaan bagi para aktor. Mereka harus peka dalam menggunakan teknik blocking, merespons lawan main, hingga memanfaatkan ruang yang tersedia untuk eksplorasi.
Di film ini pula kamu bisa melihat akting terbaik dari Adjie Massaid
Cinta Dalam Sepotong Roti adalah film pertama almarhum Adjie Massaid. Aktor yang akhirnya terjun ke dunia politik itu mampu memerankan karakter Harris yang digambarkan kesulitan ereksi karena trauma dengan masa lalunya. Wah, kok jadi bahas ereksi?
Baiklah saya ceritakan dulu garis besar ceritanya. Mayang, Topan, dan Harris merupakan sahabat sejak mereka kecil. Saat beranjak dewasa, Mayang menikah dengan Harris. Sementara Topan yang mencintai Mayang hanya betah menyendiri dan menghabiskan waktunya dengan bekerja sebagai fotografer.
Selama setahun pernikahan, Harris nggak bisa memberikan nafkah batin pada Mayang. Dan akhirnya Mayang lebih senang bersama-sama dengan Topan yang ternyata punya rasa yang sama. Rumit, bukan?
Erotis, tapi nggak cabul
Banyak adegan erotis tapi nggak terkesan cabul/garinnugroho.net |
Film ini sepenuhnya bercerita tentang kehidupan seksual orang dewasa. Tapi Garin Nugroho membawanya dengan pengarahan dan penggambaran yang cantik. Meski banyak terdapat adegan erotis, Cinta Dalam Sepotong Roti sama sekali nggak terkesan cabul sebagaimana mayoritas film esek-esek waktu itu.
Salah satu adegan yang paling saya suka adalah saat Topan mengisap jari Mayang yang terluka dengan penuh kenikmatan. Adegan ini didahului oleh adegan Topan yang mencari obat merah untuk mengobati lukanya Mayang. Hal ini bisa disimpulkan sebagai ungkapan cinta mereka berdua yang nggak tertahankan selama bertahun-tahun.
Nggak hanya itu adegan-adegan suami istri antara Harris dan Mayang pun dilukiskan dengan cukup vulgar, tapi tetap terasa dewasa. Salah satu yang terbaik adalah ketika mereka beradegan dewasa di tepi pantai, penuh penghayatan dan impresi yang mendalam.
Kamu yang sudah menonton film ini mungkin bakal setuju kalau visualisasi erotisnya begitu halus, tapi tetap mampu menunjukkan sisi liar karakternya sebagai manusia tanpa menjadi cabul.
Menonton Cinta Dalam Sepotong Roti bagaikan menelurusi rekam jejak seorang Garin Nugroho. Ia adalah sutradara yang seringkali mengangkat elemen budaya dalam film-filmnya, terlepas dari genrenya.