Sejak memulai musim perdananya pada 2018, Elite menjelma menjadi serial remaja yang populer dan mendunia. Serial asal Spanyol ini mengisahkan tentang kehidupan siswa SMA di sekolah elit nan ekslusif bernama Las Encinas. Masalah mulai muncul sejak kedatangan tiga murid baru penerima beasiswa yang secara ekonomi nggak cocok berada di Las Encinas.
Kehadiran tiga murid baru yang menjadi karakter sentral dalam serial Elite ini perlahan mengubah peta pergaulan murid-murid Las Encinas. Apalagi, terdapat fakta bahwa murid-murid kaya yang lebih dulu sekolah di Las Encinas punya rahasia sendiri-sendiri yang berkaitan dengan bisnis kelam orangtuanya.
Secara garis besar, Elite ini bergenre erotic thriller. Dalam setiap season-nya akan ada satu orang yang mati kemudian cerita akan bergulir pada penyelidikan siapa pelaku utama pembunuhan. Sebagai bumbunya, serial ini dipenuhi oleh adegan-adegan seks yang sebagian besar dilakukan oleh karakter pelajar SMA Las Encinas.
Dalam penceritaannya, serial ini punya daya tarik tersendiri yang membuat saya betah untuk menyaksikannya dalam seharian penuh. Maksudnya, satu season yang terdiri dari 8 episode dengan rata-rata 50-60 menit per episodenya, bisa saya tamatkan seharian.
Sampai saat ini, sudah ada 7 season yang diproduksi. Dan season 7 adalah season teranyar yang baru saja tayang pada Oktober 2023. Dan menurut saya, season ini adalah penanda keras bagi saya untuk berhenti menonton season selanjutnya (jika ada). Why?
Mulai kehilangan identitasnya
Memang nggak gampang mempertahankan konsistensi serial yang sudah digemari masyarakat hingga musim ketujuh. Apalagi dengan pengembangan cerita yang memungkinkan pergantian karakter yang berakibat pada hilangnya para aktor di musim-musim awal.
Seakan menyadari bahwa kehadiran aktor di musim awal cukup krusial untuk menjaga atensi penonton setia, sutradara Elite: Season 7 mengembalikan pusat cerita pada karakter Omar Shanaa (Omar Ayuso). Omar adalah salah satu dari tiga murid baru yang ada di season pertama.
Omar kini telah menjadi alumni. Dan ia memutuskan kembali ke Las Encinas untuk magang sebagai pengelola aplikasi yang diperuntukkan bagi anak-anak Las Encinas yang memiliki masalah tapi tidak bisa mengungkapkannya. Alias mereka tidak memiliki teman curhat yang dipercaya.
Di sisi yang lain, Omar sendiri punya masalah dengan dirinya sendiri. Ia selalu dihantui perasaan bersalah karena teman baiknya, Samuel Garcia, meninggal dalam pangkuan dirinya. Sekadar informasi, Samuel Garcia adalah karakter sentral Elite di season awal dan juga termasuk salah satu dari murid baru penerima beasiswa di Las Encinas.
Episode demi episode saya tonton, saya merasa Elite: Season 7 ini punya format berbeda dengan enam musim sebelumnya. Nggak ada korban meninggal yang menjadi ciri khas Elite. Biasanya korban meninggal sudah diperlihatkan di episode 1, lalu episode selanjutnya adalah soal misteri dan penyelidikan.
Saya nggak menemukan keseruan lagi ketika menonton season 7. Setiap episodenya, season ini malah diisi dengan konflik masing-masing karakter yang terhitung banyak, yang sayangnya lagi konflik mereka nggak saling berkesinambungan.
Kalau kita berkaca pada season 1 yang menjadi dasar pijakan, serial ini berakhir dengan terkuaknya siapa si pembunuh. Formula ini tentu bakal bosan jika diulang terus menerus di musim selanjutnya. Tapi seorang seniman akan selalu punya cara kreatif untuk membuatnya tetap menjadi tontonan yang menarik.
Semisal di season 3, yang menjadi season favorit saya, penyelidikan polisi berakhir dengan kebuntuan. Polisi nggak berhasil menemukan siapa pelaku utama, karena semua tersangka bekerja sama untuk memberikan keterangan yang berbeda-beda sehingga membingungkan polisi.
Season 7 mungkin pengin juga memberikan bentuk yang lain sebagai sesuatu yang baru. Tapi sayangnya, dengan menghilangkan kasus pembunuhan sebagai ruh utama serial, jelas season 7 malah menjauhkan Elite dari identitasnya sebagai thriller remaja yang seru dan penuh misteri.
Penonton bisa connect dengan serial ini, karena Elite berhasil mengajak mereka untuk sama-sama terlibat dalam menemukan siapa pelaku pembunuhan. Jika ini tidak tercapai, bagaimana sebuah karya bisa dikatakan sukses?
Kesalahan lain yang dilakukan Elite: Season 7 adalah soal bagaimana serial ini menjabarkan konflik dan solusinya. Konflik masing-masing karakter yang kita tonton sejak episode 1 hingga 7, diselesaikan hanya dalam 10 menit terakhir episode 8 melalui montase editing. Alhasil Elite: Season 7 ini hanya jadi drama remaja SMA biasa yang sungguh terasa sangat membosankan.
Sebetulnya kalau kita bicara konteks, Elite ini punya ragam dan dinamika isu yang bisa diperbincangkan lebih dalam. Sekaligus juga menjadi kekuatan lain dari serial ini. Ia banyak bicara soal diskriminasi kelas sosial, rasial, hingga agama. Terkadang juga ia bicara soal hukum dan nepotisme.
Sangat wajar jika kepopuleran Elite ini menjadi inspirasi banyak serial remaja SMA di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Saya melihat serial remaja SMA Indonesia banyak yang mengekor kesuksesan Elite. Dalam dua tahun terakhir, serial remaja kita berpindah haluan dari romansa kinyis-kinyis menjadi soal kisah pembunuhan yang menegangkan.
Ya, meski tidak ada statement resmi dari para pembuatnya, sebagai pengamat saya bisa melihat kesamaannya. Yang mungkin tidak bisa ditiru adalah soal penggambaran seks bebasnya, karena tentunya jika itu dibuat akan berurusan dengan hukum dan moral yang berlaku di masyarakat Indonesia.
Apakah kamu pencinta serial Elite juga, season mana yang paling berkesan?