Dalam beragam bentuk dan genre, kisah tentang balas dendam sudah lumrah menjadi tema utama film. Karena sejatinya, manusia adalah makhluk yang rentan menyakiti dan disakiti sehingga menimbulkan dendam di antara mereka.
Setelah mengambil tema film superhero yang mengulik nilai-nilai kemanusiaan sebagai tema edisi perdana Mini Review Vol.1, edisi kedua hadir dengan tema soal balas dendam.
Ada begitu banyak film tentang balas dendam yang saya tonton, baik film Indonesia ataupun film impor. Umumnya film dengan tema seperti ini dikemas dalam genre laga, horor, atau thriller.
Coba saja kamu ingat-ingat kembali apa motivasi Suzzanna menjadi hantu di film-filmnya? Ya, kamu benar! Ia menjadi hantu karena ingin balas dendam kepada manusia yang menyakitinya selama ia hidup.
Di edisi Mini Review Vol. 2 ini, saya akan bahas singkat 3 film tentang balas dendam yang punya cerita menarik untuk diikuti. Tentunya lepas dari kekurangan dan kelebihan filmnya ya.
Cekidot!
1. Skyfall (2012)
Jadi siapakah peneror itu?/doc. variety |
Di nomor pertama ada film laga mata-mata yang merupakan bagian dari James Bond series, Skyfall. Film ini rilis pada tahun 2012 dan nampaknya sudah bisa disaksikan di aplikasi OTT. Silakan googling sendiri ya.
Ceritanya tentang balas dendam yang paling menyakitkan (kata kebanyakan orang). Yakni balas dendam dari seorang teman yang merasa tersakiti. Pasalnya, ia sudah tahu seluk beluk orang yang kini menjadi musuhnya.
Yang menjadi sasaran kali ini adalah adalah M (Judi Dench), kepala agen rahasia MI6. Ia mendapat teror demi teror yang menyebabkan anak buahnya meninggal karena data agen yang bocor. M pun penasaran dan ingin mengetahui siapa sesungguhnya orang di balik teror tersebut.
Usaha M dikejutkan dengan kehadiran Bond (Daniel Craig) yang sebelumnya dinyatakan hilang paskasebuah misi di Turki. Kehadiran Bond secara tiba-tiba, akhirnya membawa M pada sosok peneror yang dicarinya selama ini.
Sebagai film spionase, saya patut memuji Skyfall terutama dalam hal karakterisasinya.
Film yang merupakan seri ketiga Daniel Craig sebagai James Bond ini tampil solid dan konsisten dalam hal penokohan. Saya suka bagaimana treatment sutradara untuk tidak membuat satu karakter menjadi berubah 180 derajat hanya untuk mengecoh penonton.
Dengan kata lain, nggak ada karakter baik yang sebenarnya jahat, atau sebaliknya karakter jahat yang sebenarnya baik. Kalaupun saat menonton ada persepsi demikian, itu lebih karena dinamika ceritanya saja.
Soal alur memang sangat sederhana, hanya selapis saja nggak banyak twist. Skyfall hanya bertujuan untuk mencari tahu siapa yang meneror M. Meski begitu, Skyfall tetap melenggang mulus dengan durasi lebih dari 2 jam.
Durasi segitu termasuk lama untuk film dengan alur selapis, karenanya berpotensi membosankan. Tapi Skyfall nggak termasuk dalam kriteria itu.
Meski alurnya yang sederhana, John Logan yang ditemani Neal Purvis dan Robert Wade selaku penulis naskah, mampu menyajikan variasi cerita yang menarik. Kisah Skyfall tidak hanya berkutat di spionase-nya saja, tapi juga mengupas sisi dramatik/kehidupan pribadi James Bond.
Dan meski terlihat sudah tua dan lelah, Daniel Craig tetap bisa tampil memesona memainkan karakter James Bond yang memikat dan penuh perhitungan. Pun ketika ia harus bernostalgia dengan masa lalunya di Skyfall.
Oia, Skyfall sendiri adalah nama tempat dalam film tersebut yang menjadi titik klimaks film ini. Itulah kenapa judulnya Skyfall. Dan pertarungan akhir di Skyfall sangat apik dari sisi sinemotagrafi pun mampu menyentuh sisi emosional penonton.
2. Tom Clancy’s Without Remorse (2021)
Apakah John percaya kalau pembunuhan itu hanya konspirasi?/doc. Prime |
Apakah kamu bisa bayangkan bagaimana sakitnya seorang suami tatkala istri dan calon bayinya dibunuh? Dan naasnya, sang suami nggak kuasa melakukan apapun untuk mencegah pembunuhan tersebut?
Bermula dari seorang istri bernama Pam Kelly (Lauren London) yang sedang hamil besar. Ia diserang oleh sekelompok orang tak dikenal di rumahnya.
John Kelly (Michael B. Jordan), suaminya yang juga seorang perwira senior Navy SEALs Amerika, tak berdaya untuk menghentikan penyerangan tersebut. Akibatnya, istri dan calon anaknya harus meninggal dalam keadaan bersimbah darah.
Satu hal yang tersisa dari penyerangan tersebut, adalah satu pelaku yang berhasil kabur. John sempat melihat orang tersebut sebelum sang pelaku benar-benar pergi. John pun berniat mencari tahu si pelaku dan berencana membalaskan dendamnya.
Namun CIA memberhentikan kasus ini, karena rupanya pelaku adalah orang Rusia. Ditengarai jika kasus ini diteruskan akan memicu ketegangan antara Rusia dan Amerika.
Film arahan Stefano Sollima ini sejatinya mengisahkan misi tentara Amerika untuk mencari tahu siapa pembunuh Pam Kelly.
Alurnya sangat sederhana, mengalir maju, dan tidak memiliki timeline yang bertingkat-tingkat meski latar suasananya dibangun berdasarkan peristiwa sejarah. Aksi baku tembak menjadi jualan utama film yang juga dibintangi Jamie Bell ini.
Keunggulan lainnya adalah nuansa tone gelap hampir menyelimuti seluruh film. Bisa diartikan sebagai metafora dari suasana film yang mencekam. Para pemain pun tampil apik sesuai porsinya terutama Michael Jordan yang memegang peranan utama.
Kekurangan paling jelas terletak pada pola pengungkapan yang cenderung tergesa-gesa. Film ingin menunjukkan kalau peristiwa pembunuhan Pam bukanlah serangan dari luar tapi merupakan konspirasi dari tokoh politik Amerika sendiri.
Sampai pada tahap ini, Tom Clancy’s Without Remorse, secara mendadak langsung mengungkapnya. Penonton sama sekali tidak diberitahu bagaimana John bisa mengetahui dalang di balik pembunuhan Pam yang ternyata berujung konspirasi.
Saya sampai mengulang kembali untuk meyakinkan tidak ada yang terlewat. Tapi ternyata memang bagian penting ini, missing. Sungguh disayangkan.
Menurut hemat saya, film ini masih bisa dirilis untuk bioskop karena kekuatan utamanya ada pada penataan suara yang membuat suasana laga sangat menegangkan.
3. Ivanna (2022)
Ivanna, hantu noni Belanda dengan kepala buntung/doc. MD Pictures |
Di deretan nomor tiga, saya pilihkan film balas dendam dari Indonesia yang rilis pada 2022, Ivanna.
Bergenre horor-misteri, film yang merupakan spin-off dari Danur Universe ini menjadikan kisah sejarah tentang pendudukan Jepang atas Indonesia yang diambil alih dari Belanda menjadi pembuka film.
Dengan iringan musik yang memekakkan telinga, dikisahkan seorang noni Belanda yang membela 'pribumi' tengah berusaha menyelamatkan pacarnya yang pribumi dari amukan Matsuya (tentara Jepang).
Tak dinyana, warga pribumi lainnya justru malah memihak Matsuya. Hingga akhirnya noni Belanda tersebut dipenggal kepalanya oleh Matsuya. Tapi pengorbanan noni tersebut nggak sia-sia, karena pacarnya berhasil selamat.
Saking cintanya pada noni Belanda, sang pacar rela mengabadikan tubuh noni Belanda dengan semen hingga terbentuk patung.
Kisah beralih ke suatu tempat di Bandung dengan latar 1993. Walau saya sendiri nggak paham, Bandung bagian mana yang pada tahun segitu gaya bahasanya menggunakan "lo gue lo gue" dan campur aduk antara Bahasa Indonesia dan Inggris.
Tapi mari lupakanlah itu!
Tempat tersebut adalah sebuah panti asuhan. Ambar (Caitlin Halderman) dan adiknya, mengunjungi panti asuhan tersebut untuk menghabiskan malam takbiran bersama keluarga besarnya yang masih tinggal di panti asuhan.
Namun Ambar mengalami hal yang aneh. Matanya yang baru saja habis dioperasi mendadak bisa melihat makhluk halus. Ia seringkali mengalami penglihatan dan pendengaran yang mengejutkan.
Ia bisa melihat jelas apa yang terjadi di masa lalu, Ya, apalagi kalau bukan kisah noni Belanda yang dijadikan pembuka awal film ini.
Dengan pemilihan para pemain yang kontras, terlihat adanya perbedaan cast pribumi (Shandy William, Taskya Namya), dengan cast bule (Junior Robert, Rina Hassyim), saya kira hantu Ivanna akan mengolah kisah pembuka tersebut menjadi cerita tentang balas dendam yang menarik.
Rupanya, enggak! Hantu Ivanna balas dendam secara random ke siapa saja yang ia temui. Dengan cara ia ‘mengkretek’ kepala korban.
Agak lucu sih. Balas dendam Ivanna ini nggak punya motivasi yang jelas. Kalau begitu buat apa kita disuguhkan konflik antara Belanda vs Pribumi vs Jepang, kalau toh Ivanna bisa balas dendam ke siapa saja?
Selain itu, saya masih bingung apa yang menjadikan Ivanna balas dendam. Apakah memang ingin balas dendam ke pribumi yang mengkhianatinya, atau ia hanya ingin mencari kepalanya yang dibuang ke sumur?
Sudut pandang film ini menjadi kabur, karena berjalan dari dua arah antara kisah Ambar yang karakternya sudah dibuat cukup unik, dan dari sudut pandang Ivanna yang berusaha membalaskan dendam.
Sebetulnya nggak salah jika film mau mengembangkan keduanya. Sebagaimana Ghost Writer 2 yang berjalan dari sudut pandang dua karakter utamanya secara bersamaan.
Sayangnya, Ivanna gagal mengelaborasi keduanya. Kimo Stamboel sebagai sutradara cuma jualan kesadisan dalam hal teror meneror saja. Dan ini bukanlah hal yang baru bagi Kimo, karena di film-film sebelumnya sudah sering ia tunjukkan.
Tanpa fondasi cerita yang bagus dan koheren, buat saya Ivanna sekadar seru-seruan saja. Walau kadar serunya memang memenuhi ekspektasi.
Ceritakan apakah kamu pernah punya dendam kepada orang lain, dan film apa yang mewakili perasaanmu akan perasaan dendam tersebut?